Interaktif

Organisasi Pengawas Penganiayaan Kristiani Serukan Doa dan Petisi Bagi Perubahan Eritrea

Aaron Leichman
Reporter Kristiani Pos

Posted: May. 26, 2009 08:36:10 WIB

Sebagai penanda Hari Kemerdekaan Eritrea yang ke-18 pada hari Minggu, para pengikut Kristus di seluruh dunia akan bersama-sama berdoa bagi umat percaya di negara Afrika timur tersebut.

Sejak 2002, rezim bergaya Marxis di Eritrea menurut laporan telah menahan lebih dari 2.000 orang Kristiani tanpa pemeriksaan pengadilan dan membongkar paksa puluhan gereja dan menutup organisasi-organisasi Kristiani. Banyak diantara mereka, mengalami penganiayaan karena iman mereka, dimana mereka dipaksa untuk menyangkal iman percaya mereka.

“Bayangkan bagaimana hidup sebagai seorang Kristiani di Eritrea,”ujar Andy Dipper, CEO organisasi Bantuan Internasional, yang berupaya untuk mengerahkan umat Kristiani seluruh dunia untuk bergabung dalam Hari Doa bagi Eritrea pada hari Minggu. “Gereja anda ditutup dan seluruh asset disita. Seluruh program gereja dihentikan. Memaksa anda dan lainnya bertemu secara rahasia. Pastor anda ditangkap, ditahan dan hilang tanpa jejak. Keluarganya telah melarikan diri dari negara tersebut.

“Ini adalah realita yang dialami oleh banyak Kristiani di Eritrea,”jelasnya.

Menurut keterangan, polisi rahasia disebar untuk memata-matai umat Kristiani, dan banyak pastor terkemuka dan pekerja Kristiani ditangkap.dalam banyak kasus, organisasi tersebut menambahkan, kebanyakan mereka hilang tanpa jejak di dalam sistem penjara Eritrea dan keluarga mereka sering disembunyikan di tempat yang gelap tanpa mengetahui apakah orang-orang yang mereka kasihi masih hidup atau telah meninggal.

Dalam enam bulan terakhir, terdapat tiga orang Kristiani yang dipenjara karena iman mereka di penjara militer, dan dilaporkan telah meninggal. Kematian terakhir, dilaporkan terjadi pada tanggal 16 Januari lalu, seorang pria berusia 42 tahun bernama Mehari Gebreneguse Asgedom, yang telah dipenjara dalam penjara isolasi. Anggota Gereja The Living God di Mendefera melaporkan bahwa kematiannya disebabkan oleh penyiksaan yang dialaminya dan penyakit diabetes yang dideritanya.

“Bergabunglah dalam kampanye kami guna mendukung mereka (Kristiani di Eritrea) dalam doa, dan mendesak agar Hari Jadi Eritrea menjadi sebuah hari bagi perubahan,” Dipper menyerukan kepada komunitas Kristiani di seluruh dunia.

“Berdoa juga bagi Kristiani yang ditahan, dan bagi banyak pengungsi yang saat ini tinggal di Etiopia, Kenya dan Sudan,” tambahnya.

Organisasi Pembebasan Internasional saat ini juga mengerahkan orang percaya untuk menandatangani sebuah petisi yang nantinya akan dikirimkan kepada Duta Besar Eritrea untuk Inggris di London, tempat markas besar organisasi Pembebasan Internasional berada.

Di dalamnya disebutkan mengenai seruan kepada pemerintah Eritrea untuk “mengambil tindakan positif dan segera untuk melindungi hak asasi manusia seluruh warga negaranya dan menjamin kebebasan beragama di bawah konstitusi Eritrea.”

“Ajaklah dan mintalah temanmu serta anggota gereja-gereja untuk menandatangani Petisi Pembebasan tersebut,”Dipper menyerukan.

“Berdoa juga bagi perubahan, dimana Eritrea akan bereaksi terhadap petisi kami dan menghormati hak-hak seluruh kelompok agama,”tambahnya.

Sejak tahun 2002, Eritrea hanya mengakui tiga gereja; Gereja Ortodoks Eritrea, Gereja Katolik Roma dan Lutheran-yang tergabung dalam Gereja Injili Eritrea. Sementara itu, pemerintah telah menutup semua gereja lainnya.

Petisi Pembebasan Eritrea dapat diunduh di:

www.releaseinternational.org/media/Eritrea2009/EritreaPetition2009.pdf

Next Story : CSW Temukan Banyak Bukti Pelanggaran Besar HAM di Birma

Terpopuler

Headlines Hari ini