Sebuah bom meledak Sabtu lalu di sebuah gereja Katolik di ibu kota Nepal, Kathmandu, menewaskan dua orang orang dan melukai belasan orang.
Ledakan terjadi sekitar pukul 9.15 a.m. di Gereja Assumption di Dhobighat, daerah Lalipur, menurut keterangan petugas kepolisian.
Sedikitnya sekitar 500 orang tengah menghadiri kebaktian di gereja tersebut ketika ledakan terjadi. Sejak hari Minggu ditetapkan sebagai hari kerja, umat Kristiani biasa beribadah pada hari Sabtu dimana sekolah-sekolah dan kantor-kantor libur.
Dua orang dilaporkan tewas dan 15 orang lainnya terluka. Dua orang yang tewas dikenali sebagai Celestina Joseph, seorang mahasiswa berusia 15 tahun, dan Pabitra Paitra, seorang ibu rumah tangga berusia 30 tahun. Korban luka-luka dirawat di rumah sakit terdekat yakni rumah sakit Patan.
Sekretaris jenderal Dewan Nasional Gereja Nepal, Dr K.B. Rokaya, mengatakan kepada Christian Today bahwa dirinya merasa sedih atas insiden tersebut, yang mana insiden tersebut terjadi “di salah satu gereja terbesar di Nepal.”
“Ini adalah insiden yang menyedihkan,”katanya. "Hal ini dapat mempengaruhi kerukunan hidup berdampingan antar umat dan toleransi beragama di Nepal. Insiden ini pantas dikutuk dimana telah mengakibatkan tewasnya orang yang tak bersalah.”
Meskipun tidak ada seorang pun yang mengaku bertanggungjawab terhadap penyerangan tersebut, dugaan sementara hasil penyelidikan mencurigai adanya keterlibatan kelompok ekstrimis Hindu, yang dikenal dengan Tentara Pembela Nepal. Pamflet dari Tentara Pertahanan Nasional ditemukan di lokasi ledakan.
“Ini merupakan pemunculan terbaru kelompok Hindu. Sebelumnya pernah terjadi insiden penyerangan terhadap umat Kristiani yang melibatkan kelompok tersebut,” Rokaya menegaskan.
Kelompok ekstremis yang sama tahun lalu telah membunuh seorang pendeta Salesian India Fr. John Prakash berusia 60 tahun, yang melayani sebagai kepala sekolah Kristen Don Bosco di Sirsiya, daerah Morang, dengan cara ditembak dalam jarak dekat oleh lima orang laki-laki bertopeng di kediamannya.
NDA, adalah kelompok yang menginginkan mengubah Nepal menjadi sebuah negara Hindu, dinyatakan bertanggungjawab terhadap beberapa peledakan bom yang terjadi di wilayah Nepal sejak tahun 2006.
Nepal dikenal sebagai sebuah negara monarki dalam sepanjang sejarah negara tersebut. Setelah mendeklarasikan dirinya sebagai sebuah negara republik demokrasi liberal pada 28 Mei, 2008, diakui belum pernah terjadi serangan yang ditujukan terhadap gereja-gereja di negara tersebut.
Ledakan muncul di tengah-tengah kekacauan politik yang sedang terjadi dimana negara berada dalam proses menetapkan pemerintahan yang baru.
Mayoritas penduduk Nepal beragama Hindu. Kristiani hanya sekitar 0,5 persen dari total penduduk Nepal.
Sebuah organisasi kemanusiaan terbesar dunia menyatakan telah membantu menyalurkan makanan kepada ...