Satu tahun pasca bencana badai Topan Nargis menghancurkan Myanmar, organisasi bantuan internasional World Vision mengatakan bahwa masih banyak yang harus diselesaikan untuk memulihkan kehidupan masyarakat, dan musim bercocok tanam kali ini merupakan waktu yang penting bagi negara tersebut untuk proses pemulihan lebih lanjut.
Perpanjangan periode pemulihan disebabkan sebagian besar oleh badai topan yang mengganggu siklus pertanian di daerah yang merupakan pusat penghasil makanan utama di negara tersebut, yakni daerah, Irrawaddy Delta. Selama terjadi Topan Nargis, sekitar satu juta hektar tanaman padi di sawah terendam air garam, 85 persen dari bibit musnah dua 2 juta ternak hilang. Saat ini, Myanmar memasuki musim tanam yang pertama sejak berakhirnya badai topan, yang mana hal tersebut memberikan harapan baru bagi negeri tersebut.
“Para petani saat ini tengah sibuk mempersiapkan bibit, pupuk, dan menyiapkan lahan mereka dengan harapan dapat menikmati panen yang baik yang dapat menghasilkan surplus makanan,” ujar Mia Marina, manager bantuan bencana badai Topan Nigris World Vision. “Apabila tidak ada gangguan pada musim ini dan menghasilkan panen yang baik, maka kami dapat mulai melihat segala sesuatunya kembali berjalan normal bagi semua orang.”
Badai Topan Nargis telah menelan sekitar 84.000 jiwa dan lebih dari 53.000 orang hingga kini masih hilang. World Vision merupakan organisasi pertama yang memberikan bantuan dalam jangka waktu lama dan ikut serta dalam pembangunan di Myanmar 40 tahun lalu serta memiliki sekitar 600 staf yang dapat memberi bantuan segera di negara tersebut. Organisasi tersebut juga telah memberikan bantuan kepada hampir 350.000 orang pasca badai topan.
Sebagai respon jangka panjang, World Vision berfokus pada pembangunan bangunan beton, sekolah-sekolah bertingkat yang dapat berfungsi sebagai tempat-tempat perlindungan apabila bencana lainnya terjadi. Organisasi tersebut juga melakukan simulasi penanggulangan bencana dan membuat rute evakuasi untuk dapat melakukan proses penyelamatan yang lebih baik dalam situasi darurat di masa depan.
Lebih dari itu, World Vision juga melakukan program penyediaan makanan bagi buruh yang ikut serta dalam membantu pembangunan kembali jalan-jalan dan gedung-gedung.
“Satu hal yang paling penting tentang masyarakat Myanmar adalah keluwesan mereka,” tukas Marina. “Kelompok masyarakat setempat dan para sukarelawan memainkan peranan besar saat ikut serta dalam membantu memanggul orang dengan hanya bertumpu pada kaki mereka pada saat menolong korban bencana.”
World Vision juga membuka lebih dari 100 Tempat Bermain bagi anak-anak pasca bencana badai topan, menyediakan tempat-tempat aman bagi 17.000 anak agar mereka dapat mendapatkan pendidikan informal, bergaul dengan kawan sebaya mereka, dan membantu pemulihan diri mereka kembali ke keadaan normal.
Sebagai organisasi penyalur bantuan bencana dalam jangka waktu lama, fokus mereka adalah untuk membantu memulihkan kehidupan 100.000 orang, perlindungan terhadap anak-anak, penyediaan air bersih, sanitasi, ilmu kesehatan, dan persiapan terhadap bencana.
___________________________________________________________________
World Vision adalah organisasi kemanusiaan Kristiani yang mendedikasikan diri bagi anak, keluarga-keluarga, dan komunitas-komunita mereka di seluruh dunia dalam mencapai potensi mereka sepenuhnya melalui penanggulangan penyebab kemiskinan dan ketidakadilan.
JAKARTA - Setelah sukses dengan LG-Choice Peduli Kusta I tahun 2003, dan dilanjutkan dengan Malam...