Gerakan Lausanne akan menggelar pertemuan dua tahunannya di Presbyterian College dan Seminari Teologi (PCTS) di Seoul pada 8-12 Juni mendatang.
Pertemuan Pemimpin Internasional ini merupakan pertemuan para pemimpin internasional terakhir sebelum berlangsungnya “Lausanne III: Cape Town 2010,” yang merupakan Kongres Internasional ketiga Penginjilan Sedunia, yang akan diselenggarakan pada 16-25 Oktober, 2010.
Ada banyak antisipasi yang harus dipersiapkan menjelang pertemuan pada bulan berikutnya, yang mana Korea Selatan dikenal baik sebagai negara yang perkembangan ke-Kristenannya sangat pesat dalam beberapa dasawarsa terakhir dan juga dikenal sebagai negara yang memiliki teknologi komunikasi serat paling besar di dunia, lebih maju teknologi seratnya daripada Amerika Serikat. Dengan bantuan teknologi diharapkan dapat membantu dalam memfasilitasi gerakan tersebut secara besar.
Selama hampir empat dasawarsa, Gerakan Lausanne telah memfokuskan pada penginjilan dunia dengan semboyan terkenalnya yakni “Seluruh Gereja membawa Injil secara utuh ke seluruh dunia.”
Majalah TIME menggambarkan Kongres Lausanne sebagai “sebuah forum yang hebat, yang kemungkinan menjadi pertemuan Kristiani terbesar yang pernah ada.”
Gerakan Lausanne secara resmi dimulai pada tahun 1974 pada waktu Kongres Internasional pertama World Evangelization (Lausanne I), yang digagas oleh sebuah komite yang dipimpin oleh Rev. Billy Graham, berkedudukan di Lausanne, Switzerland. Pertemuan tersebut dihadiri oleh lebih dari 2.700 orang pemimpin injili dari 150 negara
Gerakan tersebut mencapai puncak pada Kongres Penginjilan Sedunia tahun 1966 di Berlin, yang diselenggarakan dan disponsori oleh Billy Graham Evangelistic Association dan majalah Christianity Today. Diikuti kemudian dengan kongres kontinental di Singapura, tahun 1968, Minneapolis tahun 1969, Bogota tahun t1969 dan Amsterdam tahun 1971.
Kongres Lausanne III, yang tidak lama lagi akan digelar, dijadwalkan berlangsung pada 16-25 Oktober, 2010, di Cape Town International Convention Centre, Afrika Selatan.
Diharapkan lebih dari 4.000 pemimpin dari 200 negara akan menghadiri pertemuan tersebut, yang mana turut bekerjasama dengan World Evangelical Alliance (WEA). Lebih dari ribuan orang diharapkan dapat mengikutinya secara online dan melalui berbagai media lainnya.
Untuk mempersiapkan kongres internasional ketiga ini, akan diadakan 5 hari pertemuan sesi perencanaan selama berlangsungnya Pertemuan Pemimpin Internasional di Seoul.
Dalam upaya menjelasakan mengapa Korea Selatan dipilih sebagai tempat pertemuan pemimpin yang terakhir kalinya, Kwang-soon Lee, salah seorang profesor di Presbyterian College & Theological Seminary (PSTS) dan direktur Pertemuan Pemimpin Internasional, mengatakan, bahwa "para pemimpin gereja sedunia ingin merasakan pengaruh rohani yang dalam sebelum berlangsungnya Lausanne III."
Kedua, lanjutnya,”para pemimpin gereja merasakan perlunya kebutuhan akan perkembangan IT untuk penginjilan.”
"Kami percaya Presbyterian College dan Seminari Teologi merupakan tempat yang terbaik yang memenuhi kedua syarat tersebut,”ujarnya setelah melaporkan tentang betapa besar keinginan orang memilih Korea.
Pertemuan di Seoul tersebut akan menghimpun sekitar 250 orang pemimpin gereja dari 60 negara, yang acaranya mirip dengan Kongres Lausanne III - 2010 mendatang. Para pemimpin nantinya akan membuat keputusan-keputusan penting guna mencermati bagaimana cara menghubungkan 4.000 peserta yang hadir dan membangun keterlibatan secara nyata yang memiliki makna penting dari puluhan ribu pemimpin melalui Cape Town GlobaLink dan Lausanne Global Conversation.
"Saya menganggap serius pertemuan di Korea ini," kata Rev Doug Birdsall, pemimpin eksekutif Lausanne Committee for World Evangelization.
“Saya sangat menantikan semangat gereja-gereja di Korea,”imbuh Birdsall, yang telah datang ke Korea Oktober tahun lalu.
JAKARTA - Menjelang semakin dekatnya pelaksanaan Pemilihan Presiden (Pilpres) RI 2009,Persekutuan ...