JAKARTA - Sehubungan dengan Pemilihan Presiden/Wapres yang akan berlangsung 8 Juli mendatang, gereja menganggap perlu untuk membekali dan memberikan bimbingan serta arahan kepada umat Kristiani di Indonesia untuk dapat berperan aktif mengunakan hak pilihnya dalam pesta demokrasi rakyat 2009.
Dari hasil pengamatan pemilu legislatif (pileg) pada April lalu, nampak bahwa banyak warga gereja yang memilih untuk Golput dengan berbagai alasannya, antara lain: tidak mengenal caleg yang diajukan.
Gereja dan warga gereja sebagai bagian integral dari bangsa memiliki peran dan tanggung jawab yang besar dalam kehidupan bangsa dan negara. Gereja dan warga gereja tidak oleh bersikap apatis dan hanya menjadi penonton dlam kehidupan berbangsa. Gereja dan umat Kristen harus memberikan kontribusi yang nyata bagi masyarakat dan bangsanya.
Dalam upaya sosialisasi kepada warga gereja untuk ikut serta dalam pilpres mendatang, Persekutuan Gereja-Gereja dan Lembaga-Lembaga Injili Indonesia (PGLII) selama dua hari (8-9 Juni, 2009) menggelar Seminar Nasional dengan tema: “ Gereja, Masa Depan Bangsa dan Pilpres 2009” di Hotel Millennium, Jakarta.
Peserta yang hadir dalam seminar nasional tersebut 90 persen adalah para pimpinan gereja dari berbagai denominasi yang berasal dari seluruh Indonesia. Tercatat lebih dari 500 orang mengikuti seminar nasional tersebut.
Dalam sesi diskusi mengenai Gereja dan Masa Depan Bangsa, Pdt.Weinata Sairin mewakili PGI mengatakan bahwa dalam rangka pilpres ini, PGI terikat pada komitmen organisasi untuk tidak memberikan arahan atau mengarahkan warga gereja kepada calon tertentu tetapi PGI hanya memberikan rambu-rambu dan untuk pilihan, warga gereja bebas untuk menentukan pilihannya masing-masing.
Selain itu, PGI bersama KWI juga telah mengeluarkan seruan kepada umat untuk memperhatikana dengan seksama hal-hal berikut: pertama, perlu disadari bahwa melalui peristiwa pemilu, hak-hak asasi setiap warga negara di bidang politik diwujudkan. Oleh karena itu setiap warga negara patut menggunakan hak pilihnya secara bertanggung jawab dan dengan sungguh-sungguh mendengarkan suara hati nuraninya.
Dalam dokumen PTPB 2004 secara tegas dirumuskan tentang tanggung jawab gereja di bidang politik, dimana gereja mempunyai tanggung jawab politik dalam arti ikut serta secara aktif di dalam mengupayakan kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat berdasarkan Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia dengan memperjuangkan keseimbangan antara kekuasaan (power), keadilan (justice), dan kasih (love).
Kedua, masyarakat perlu di dorong untuk terus menerus mengontrol mekanisme demokrasi supaya aspirasi rakyat benar-benar mendapat tempat.
Lebih lanjut dikatakan Pdt. Weinata Sairin, bahwa jangan karena keberbedaan pilihan atau afiliasi politik membuat umat Kristen terpecah-pecah.
Dalam rangka pilpres 2009 ini, gereja-gereja juga telah sepakat menetapkan 3 kriteria yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin bangsa, yakni: pertama, “…mereka yang cakap, takut akan Allah, dapat dipercaya, dan benci kepada pengejaran suap…” (Keluaran 18:21); kedua, mereka yang tetap mempertahankan Pancasila dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya sebagai acuan bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta menjunjung tinggi UUD 1945; ketiga, mereka yang menghormati pluralitas dan tidak alergis terhadap pluralisme di dalam mayarakat.
Di lain pihak Ketua Umum PGPI, Pdt. DR. M.D. Wakkary menegaskan bahwa, “memilih dalam pemilu adalah hak kita, bukan suatu kewajiban, melainkan tanggungjawab.”
Lebih lanjut dikatakannya bahwa Tuhan telah menempatkan kita di bumi Indonesia, jadi bukan masalahnya ya atau tidak menggunakan hak pilih kita, tetapi tanggungjawab kita sebagai garam dunia,” imbuhnya.
Sikap gereja dalam menghadapi pemilu menurutnya adalah bersikap mendorong warga jemaatnya yng juga merupakan warga negara untuk menggunakan hak pilihnya dan tidak golput.
Pdt. Nus Remas selaku Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja dan Lembaga-Lembaga Injili Indonesia (PGLII) menegaskan perlunya gereja untuk pro-aktif dan jangan takut serta tidak selalu bersikap reaktif agar kita tidak melulu menjadi korban.
Ditambahkan pula oleh Pdt. Nus Remas, pentingnya para hamba Tuhan untuk memiliki wawasan politik dan mempunyai pergaulan yang luas dengan semua elemen masyarakat untuk dapat lebih membuka pemikiran para hamba Tuhan untuk dapat melihat kondisi real masyarakat.
Hal senada juga disampaikan oleh Romo Yohanes (KWI) yang mengatakan tentang perlunya pembelajaran politik bagi gereja. Dalam soal memilih, Romo Yohanes menambahkan bahwa dalam keragu-raguan kita semua bebas, tetapi dalam hal yang penting kita harus bersatu, namun di atas semuanya kita harus memiliki kasih.
Dalam acara Seminar Nasional tersebut juga turut mengundang calon dalam pilpres mendatang yang mana dalam kesempatan tersebut hadir Prabowo Subianto, memberikan pandangannya.
Adapun tujuan diundangnya calon yang ikut dalam pilpres mendatang adalah agar para pemimpin dan warga gereja dapat mendengarkan dan memfilter para calon yang nantinya akan dipilih.
Diharapkan melalui Seminar Nasional ini, para pimpinan gereja dari berbagai daerah di Indonesia dapat membantu mensosialisasikan kepada warga gerejanya untuk memilih dengan cerdas, baik dalam Pilpres mendatang.
JAKARTA - Menjelang semakin dekatnya pelaksanaan Pemilihan Presiden (Pilpres) RI 2009,Persekutuan ...