JAKARTA - Pelaksanaan pilpres 2009 hanya tinggal hitungan hari lagi, namun demikian masih banyak masyarakat Indonesia yang masih bingung dalam menentukan pilihannya.
Dalam rangka mensosialisasikan untuk tidak golput, Perhimpunan Pengusaha Katolik (Pukat) mengadakan diskusi bertema "Mari Bertanggungjawab-Peran Usahawan Katolik dalam Hidup Berbangsa dan Bernegara". Dalam diskusi tersebut menghadirkan nara sumber antara lain: Dibyo Prabowo, rektor Universitas Katolik Atmajaya Yogyakarta, Winarno, Michael Sumariyanto, dan Romo Subagyo Pr.
Dalam diskusi tersebut disebutkan bahwa partisipasi umat Kristiani dalam Pilpres 8 Juli mendatang amatlah penting, mengingat pada Pileg 9 April lalu tercatat jumlah suara yang sah sebesar 104,1 juta dan suara yang tidak sah berjumlah 17,5 juta (14,4%). Sedangkan yng tidak memakai hak pilihnya berjumlah 49,6 juta atau 29,01% dari daftar pemilih tetap. Berdasarkan pengamatan, banyak umat Kristiani yang golput dalam pileg 9 April lalu.
Jumlah umat Katolik di Indonesia tercatat sebanyak 7.599.271 jiwa.
Dari hasil survei yang dilakukan oleh Litbang Kompas baru-baru ini tentang jajak pendapat mengenai kekuatan gagasan dan kemasan dalam kampanye lalu yang dilakukan di sepuluh kota di Indonesia menunjukkan bahwa pandangan masyarakat kota dan masyarakat yang ada di daerah tidak lagi berbeda jauh.
Masyarakat di pedesaan juga tahu bagaimana debat capres-cawapres. Hal yang menarik dari hasil survei mengenai hubungan iklan-iklan di media dengan pilihan masyarakat dalam rangka pilpres menunjukkan data sebesar 48 persen menjawab tidak terpengaruh oleh iklan-iklan kampaye dalam menentukan pilihan mereka. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sesungguhnya masyarakat telah sejak lama menentukan pilihannya, dan kampanye-kampanye yang ada hanya untuk lebih memantapkan diri.
Lebih lanjut hasil survei tersebut juga menunjukkan data sebesar 12 persen masyarakat masih bingung dalam menentukan pilihannya. Angka 12 persen inilah yang kemudian menjadi rebutan antar capres-cawapres.
Disamping itu, dalam survei tersebut juga ditanyakan mengenai konsep-konsep apa yang paling disukai masyarakat dalam kampanye, yang mana masyarakat menjawab lebih menyukai konsep mengenai pemberantasan kemiskinan, dan juga bentuk kampanye yang paling banyak diminati masyarakat adalah dalam bentuk diskusi terbuka serta debat antar capres,” ujar Wid.
Dalam pilpres kali ini terdapat tujuh hal yang menjadi konsen masyarakat yakni: mengenai keutuhan eksistensi NKRI (dengan pilar Pancasila dan UUD 1945), kebebasan beragama, keadilan ekonomi untuk semua, pendidikan bermutu yang merata dan terjangkau, lingkungan hidup yang utuh, masalah jender, dan gizi buruk.
Ketujuh konsen ini jugalah yang dilayangkan oleh Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) dalam suratnya kepada pemerintah yang pada pilpres ini juga ikut dalam pilpres yang berasal dari incumbent.
Dengan demikian dapat disimpulkan secara jelas dari hasil survei tersebut bahwa potensi siapa nantinya yang akan menang sudah dapat telihat, akan tetapi pertanyaan yang muncul kemudian adalah bagaimana dengan kepentingan-kepentingan yang bukan kepentingan bangsa dan apakah calon yang terpilih nantinya dapat mengarah pada ketujuh konsen tersebut di atas.
Siapa pun yang memimpin bangsa ini nantinya, masalah pendidikan menjadi persoalan utama yang harus diperhatikan.
Jakarta – Sebuah kelompok musik Kristiani asal Belanda bernama The Choir Company (TCC), Jumat ...