JAKARTA – Di Indonesia sampai Maret 2009, berdasarkan kasus dari Ditjen Program Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan departemen Kesehatan tercatat 16964 kasus AIDS dan sekitar 3492 orang telah meninggal akibat AIDS, serta fakta bahwa setiap 6 detik terdapat orang yang meninggal akibat HIV/AIDS. Jumlah ini akan semakin meningkat jika tidak ada upaya terpadu guna membendung laju penularan HIV, termasuk menerima dan melibatkan mereka yang telah terinfeksi HIV beserta kerabat atau sahabat mereka.
Untuk menyatukan semua orang dalam memikirkan dan merenungkan epidemi AIDS yang telah banyak menelan banyak jiwa di dunia, setiap tahunnya di seluruh dunia mengadakan acara Malam Renungan AIDS (Candlelight Memorial).
Malam Renungan AIDS (Candlelight Memorial) ini pertama kali diadakan di San Francisco pada 1983, sedangkan di Indonesia sendiri dimulai sejak 1991 yang mana bertujuan untuk mengenang para sahabat, keluarga, dan kerabat yang telah meninggal karena AIDS, serta meningkatkan kesadaran masyarakat luas dalam menghadapi AIDS serta menghindari stigma dan diskriminasi terhadap ODHA (Orang dengan HIV/AIDS).
Tema internasional yang diangkat pada Malam Renungan AIDS sedunia tahun ini adalah “Together We’re the Solution” yang artinya dengan bersama-sama kita bisa mencari solusi dan menjadi solusi dari permasalahan-permasalahan HIV/AIDS.
Selain tema internasional, Indonesia juga menetapkan tema nasional MRAN tahun ini yakni:”Charity Night for Love,” yang mana dari hasil pengumpulan dana secara spontan malam itu terkumpul sebesar 22.474.700 rupiah yang kemudian akan diberikan untuk dukungan program pemberdayaan ODHA, selain itu juga dukungan masyarakat dalam upaya memberikan kasih sayang kepada sesama khususnya kepada ODHA.
Acara Malam Renungan AIDS 2009 di Indonesia kali ini di gelar pada Sabtu (6/6) di Tugu Perjuangan Monumen Nasional yang mana rangkaian acaranya terdiri atas: musikalisasi puisi, teater, happening art, musik akustik, sambutan, serta pembacaan renungan yang dibawakan oleh Ratna Sarumpaet, seorang seniman yang juga merupakan budayawan yang cukup kondang, kemudian pada penghujung acara diakhiri dengan penyalaan lilin kepada para pengunjung yang hadir menyimbolkan kepedulian bagi para penderita HIV/AIDS.
Masih adanya stigma yang kuat di masyarakat terhadap ODHA dan juga fakta bahwa masih banyak tokoh masyarakat serta tokoh agama yang masih memandang AIDS sebagai sesuatu yang tabu yang mengakibatkan masyarakat menerapkan diskrimiansi serta menjauhi mereka yang terkena virus HIV/AIDS,” ujar Rohana Manggala selaku Ketua Harian Komisi Pemberantasan AIDS Provinsi (KPAP) DKI Jakarta, pada jumpa pers pada (4/6) lalu.
Rohana menambahkan bahwa pentingnya peranan tokoh masyarakat serta tokoh agama untuk dapat memberikan informasi dan pencerahan kepada masyarakat mengenai HIV/AIDS guna mengikis stigma yang melekat pada ODHA.
Dengan digelarnya acara MRAN ini diharapkan dapat mengubah penderitaan menjadi tekad dan tindakan yang dapat membawa perubahan.
Pernyataan dukungan penanggulangan AIDS disampaikan oleh Ketua Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi (KPAP) DKI Jakarta, H. Fauzi Bowo, yang juga adalah Gubernur Provinsi DKI Jakarta.
Pada awal pernyataan dukungannya, Fauzi Bowo memberikan apresiasinya kepada puluhan LSM Peduli AIDS Jabodetabek atas prakarsanya menyelenggarakan kegiatan kemanusiaan untuk mengugah masyarakat untuk ikut peduli terhadap nasib mereka yang terjangkit HIV dan AIDS dan juga memberikan penghargaan kepada Yayasan AIDS Indonesia yang memungkinkan terselenggaranya acara tersebut.
Acara ini menurut Fauzi Bowo juga sebagai salah satu wujud kepeduliaan pemerintah daerah DKI Jakarta terhadap mereka yang terjangkit virus HIV dan AIDS.
Berdasarkan data yang dihimpun oleh UNA tercatat sekitar 270.000 orang di Indonesia yang tertular HIV dan AIDS yang disebabkan oleh prilaku seksual yang bebas dan penyalahgunaan narkoba dengan alat suntik yang jumlahnya semakin meningkat karena kita sukse menyakinkan mereka yang terjangkit penyakit untuk tidak berlindung di dalam stigma yang ada.
Fauzi Bowo juga menyatakan bahwa stigma negatif terhadap ODHA tersebut masih kuat di dalam masyarakat yang mana masyarakat masih menyisihkan orang-orang yang terkena HIV/AIDS dan memperlakukan mereka secara diskriminatif.
Perlakuan diskriminatif dan stigma negatif yang dekenakan kepada orang-orang yang terkena HIV/AIDS tersebut jauh lebih menyakitkan dibandingkan dengan penderitaan akibat virus itu sendiri,” tegas Fauzi Bowo.
Pencegahan dan pemberantasan HIV/AIDS menurutnya, harus dilakukan bersama-sama, dimana semua pihak harus bersinergi dan memberikan kontribusi sesuai dengan bidang masing-masing untuk dapat menghapuskan stigma yang ada dan melihat orang yang terkena penyakit HIV/AIDS dan ODHA serta keluarganya sebagai bagian masyarakat yang perlu mendapat perhatian serta pertolongan dari semua pihak.
Sekecil apapun kontribusi masyarakat terhadap masalah HIV/AIDS amatberarti bagi upaya pencegahan dan pemberantasan HIV/AIDS,” tukasnya.
Di akhir dukungannnya Fauzi Bowo juga menghimbau serta mengajak kepada segenap warga Jakarta khususnya untuk membangun kesadaran bahwa penyakit HIV/AIDS sama seperti penyakit-penyakit lainnya yang harus dicegah dan ditanggulangi secara bersama-sama.
Acara Malam Renungan AIDS Nusantara 2009 tersebut terselenggara atas kerjasama KPA DKI Jakarta dan Yayasan AIDS Indonesia (YAI) serta di dukung oleh Pemda DKI Jakarta, KPA Nasional, KPA DKI Jakarta, 43 LSM diantaranya: Family Health International, UNDP, Wahana Visi Indonesia, HIV Cooperation Programme for Indonesia serta Mahasiswa-mahasiswa dari berbagai uiversitas yakni: UNJ, UI, Atmajaya, Trisakti, UKI, YAI.
Ratusan juta Kristiani di seluruh dunia diharapkan dapat berdoa bersama pada Minggu Pentakosta, 31 Mei, besok dalam acara tahunan Global Day of Prayer (GDOP). Setiap orang dari ...