Rektor Ajak Keluar Seminaris untuk Tingkatkan Dukungan Umat
Saturday, Apr. 23, 2005 Posted: 11:12:16AM PST
Rektor Seminari Xaverianum di Ambon, ibu kota Maluku, mengajak para seminaris untuk mengunjungi paroki-paroki untuk mengembangkan rasa memiliki dan dukungan terhadap seminari itu di kalangan umat Katolik. Hal ini dilaporkan oleh Mirifica.
Pastor Amandus Oratmangun memperkenalkan Seminari Xaverianum dan beberapa seminarisnya pada kunjungan 10 April ke Paroki St. Yohanes Maria Vianney di Tantui, dekat Ambon. Kunjungan itu merupakan bagian dari sebuah program kunjungan semua tujuh paroki di Kota Ambon, yang dimulai Februari.
Seminari Xaverianum terletak di belakang kantor Keuskupan Amboina di Kota Ambon. Seminari ini merencanakan para tamatan SMU untuk mengikuti persiapan spiritual, psikologis, dan intelektual selama setahun di seminari tinggi. Meskipun seminari ini terutama diperuntukkan bagi para remaja yang tidak masuk seminari menengah, kebanyakan dari 21 seminaris saat ini adalah tamatan Seminari Menengah St. Judas Tadeus di Desa Langgur di Pulau Kei Kecil, 550 kilometer tenggara Pulau Ambon.
Pastor Oratmangun mengatakan kepada UCA News 11 April, kunjungan ke paroki-paroki bertujuan untuk memperkenalkan Seminari Xaverianum kepada umat Katolik Ambon, meningkatkan panggilan religius, dan mendorong umat Katolik agar memberi bantuan dana bagi pendidikan dan pembinaan para seminaris.
Karya Misionaris Kepausan St. Petrus Rasul di Vatikan telah mengurangi bantuan dana untuk seminari-seminari, sehingga Gereja lokal sulit mempertahankan Seminari Xaverianum, kata Pastor Oratmangun. "Maka kami mengunjungi paroki-paroki untuk mendorong umat Katolik agar memberi bantuan dana bagi pendidikan, pembinaan, dan hidup sehari-hari para seminaris," jelas Ketua Komisi Seminari Keuskupan Amboina itu.
Seminari Xaverianum "bukan hanya milik uskup dan para imam tapi juga milik semua umat Katolik," katanya. Oleh karena itu, lanjutnya, "semua umat Katolik Keuskupan Amboina memiliki tanggung jawab penuh untuk memelihara seminari ini." Ia mengamati bahwa banyak umat Katolik berpikir bahwa pendidikan dan pembinaan para seminaris hanya merupakan tanggung jawab uskup, para imam, dan orang tua para seminaris.
Rektor itu mengakui bahwa Seminari Xaverianum "kurang dikenal oleh umat paroki." Buktinya hanya empat dari 21 pelajar yang berasal dari Ambon, katanya. Namun pertikaian Kristen-Muslim 1999-2002 di Ambon dan tempat-tempat lain di Maluku mendorong sejumlah pemuda Katolik Ambon untuk masuk seminari serupa di Sulawesi Utara. Pertikaian itu menewaskan sekitar 6.000 orang dan mengungsikan ratusan ribu orang.
Pastor Oratmangun mengatakan, umat paroki yang dikunjungi mereka dengan baik hati memberikan bantuan. "Bahkan ada yang sudah dua kali mengirimkan bantuan ke seminari," lanjutnya. Namun ia juga mengajak keluarga-keluarga untuk merelakan anak laki-laki mereka yang telah tamat SMU untuk masuk Seminari Xaverianum, "karena inilah sumbangan terbesar yang bisa dilakukan keluarga-keluarga Katolik."
Umat awam yang diwawancarai UCA News mengatakan bahwa mereka bersedia memberi sumbangan kepada Seminari Xaverianum. Beberapa memberi sumbangan lain selain dana.
Next Page: 1 | 2 |
Yunita Tjokrodinata
|