Penembokan Sekolah Sang Timur
Pendidikan Jangan Jadi Korban
Saturday, Oct. 9, 2004 Posted: 8:45:00PM PST
JAKARTA - Tidak seharusnya pendidikan dikorbankan karena konflik apapun juga. Sebab anak-anak berhak mendapatkan pendidikan yang sudah menjadi hak mereka. Konflik itu harus segera diakhiri dan sekolah seharusnya dibuka kembali untuk meneruskan proses pendidikan.
Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Sesditjen Dikdasmen) Sungkowo menyatakan hal tersebut di Jakarta, Sabtu (9/10). Dia dimintai pendapatnya seputar dipasangnya tembok yang menghalangi 2.417 siswa masuk ke sekolah Sang Timur, Tangerang.
Dijelaskan Sungkowo, dia berharap semua pihak dapat menahan diri untuk kemudian mencari solusi. "Saya kemarin sudah meminta dinas Jawa Barat dan Tangerang untuk datang dan menjelaskan persoalan itu. Anak-anak sekolah itu harus bersekolah dan tidak boleh dikorbankan," katanya.
Lebih tegas dia menjelaskan, kalaupun ada konflik, anak-anak tetap tidak boleh dikorbankan. Mengingat situasi di sana adalah konflik masyarakat, lanjutnya, persoalan itu harus dibicarakan dengan baik-baik.
Dengan Damai
Pendapat senada juga diungkap Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik, Stef Agus yang dihubungi secara terpisah.
Menurut dia, konflik itu harus diselesaikan dengan damai dan tidak mengorbankan peserta didik. "Apalagi situasi sebelum konflik ini terjadi, peribadatan di sana sudah berjalan sejak dulu dan semua harus memahami persoalan dengan jernih. Perlu dipahami bahwa umat Katolik di lingkungan Ciledug cukup banyak dan membutuhkan rumah ibadah," katanya.
Masalahnya, sudah belasan tahun tidak ada realisasi dari pemerintah setempat dan umat tidak lagi bisa menunggu. Akhirnya mereka berinisiatif menggunakan salah satu gedung sekolah Sang Timur dan ibadah di tempat itu sudah dilakukan sejak tahun 1992.
Sebelum menggunakan gedung sekolah, telah dilakukan pembicaraan dan sudah disetujui Walikota Tangerang dan Lurah Karang Tengah. "Tiba-tiba hari Minggu yang lalu datang kelompok tertentu dan melarang umat beribadah di sana," katanya.
Karena tidak ada tempat lain, peringatan itu tidak diindahkan dan berujung pada dibangunnya tembok penghalang di depan sekolah. Dia berharap pembicaraan yang terus dilakukan ini akan ada titik temu dalam 1-2 hari ini.
SP
|