Universitas Kristen Petra Adakan Konferensi Nasional Mahasiswa Kristen Indonesia
Tujuan diadakannya konferensi ini adalah mendidik dan melatih mahasiswa menjadi calon pemimpin Kristen yang membumi
Tuesday, Apr. 5, 2005 Posted: 3:54:26PM PST

Pada pertengahan Maret yang lalu, Universitas Kristen Petra Surabaya mengadakan Konferensi Nasional Mahasiswa Kristen Indonesia 2005 yang diperuntukkan bagi para mahasiswa yang memiliki bakat kepemimpimpinan. Acara yang berlangsung selama 6 hari tersebut, diikuti oleh wakil Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Kristen Indonesia dan peserta yang berjumlah lebih dari 160 orang.
Tujuan diadakannya konferensi ini adalah mendidik dan melatih mahasiswa menjadi calon pemimpin Kristen yang membumi, artinya menjadi seorang Kristen yang tanggap terhadap keadaan sekitar, seperti masalah sosial dan politik. Para mahasiswa dilatih, baik dalam ruangan maupun diluar ruangan.
Pembicara-pembicara yang hadir dalam konferensi tersebut diantaranya A.A Yewanggoe (Ketua PGI), J Kristiadi dari CSIS, anggota DPR/MPR Prof. Dr. J.E Sahetapy S.H, Dekan Fakultas Komunikasi Universitas Petra Dr. Thomas Santoso, M.Si, Rektor Universitas Hang Tuah Prof Sapto J Poerwowidagdo dan Cornelius D Ronowidjojo dari PIKI.
Selama konferensi, mahasiswa dilatih sesuai dengan tema konferensi, yaitu menjadi pemimpin yang memiliki Kredibilitas, Otoritas dan Militansi Pemimpin.
Para mahasiswa dibekali melalui kegiatan seminar mengenai enam materi bahasan, antara lain: Proaktif terhadap konsisi pemerintahan Republik Indonesia; Revitalisasi, recovery dan pencerahan Indonesia dalam dimensi-dimensi pluralitas, Egaliter, ancaman terhadap masyarakat sipil; Sistem Swabina (Leadership); Kepemimpinan Visioner; Presentasi Tugas Mandiri; serta Analisa dan terapi sistem pengambilan keputusan.
Salah satu pendukung kegiatan konferensi mengatakan, waktu 6 hari pelatihan terasa terlalu singkat untuk mendidik seseorang menjadi pemimpin, tetapi ini bisa menjadi saringan awal. Ia mengakui merasa terharu dan gembira bahwa kegiatan ini sudah diadakan. Menurutnya, kegiatan ini adalah yang pertama setelah sekian lama komunitas muda Kristiani tertidur.
Pada akhir acara pelatihan konferensi tersebut, para peserta memiliki kesan yang mendalam bahwa mereka tidak ditempatkan sebagai pendengar saja, tetapi juga diajak aktif berpendapat, dan menunjukkan potensinya. Mereka berharap, teladan itu diteruskan dan menjadi pemicu para pemuda Kristen lainnya.
Eva N.
|