Romo Sandyawan Berceramah Dalam Acara Natal ITB
Kaum Intelektual Kampus agar Memperhatikan Kaum Kecil yang Tertindas
Friday, Dec. 24, 2004 Posted: 9:23:52AM PST
Direktorat Sumber Daya Manusia Kantor Wakil Rektor Bidang Sumber Daya ITB menyelenggarakan acara ceramah dan diskusi menjelang peringatan natal 2004 yang bertemakan "Mari Kita Tingkatkan Silaturahmi, Kebersamaan, Kesediaan Berbagi, dan Kesantunan Sosial Melalui Pengembangan Kedewasaan Spiritual Kita" yang diadakan pada tanggal 20 Desember. Dimana Romo Sandyawan SJ, rohaniwan Katolik turut hadir dan membagikan pengalamannya dalam acara ini.
Romo Sandyawan antara lain menceritakan cerita-cerita pengalaman hidupnya bersama orang-orang yang miskin, lemah, dan tertindas. "Saya pernah mengajak beberapa mahasiswa dan dosen ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Sampah di Bekasi. Mereka bingung karena menurut ilmu-ilmu yang mereka dapat di kuliah, orang-orang ini seharusnya sudah mati karena penyakit atau sanitasi yang rendah. Tapi nyatanya mereka hidup!"
Juga, Romo Sandyawan banyak mengungkap mengenai ketidakadilan yang dialami orang-orang kecil. Ia mengkritisi pula kekuatan ekonomi sekarang ini yang mengendalikan keuatan politik, militer, teknologi, dsb sehingga membuat KKN sulit diberantas; seharusnya kekuasaan ekonomi, birokasi, militer, politik bersinergi, menciptakan "our share of life". Untuk melawan budaya KKN, Romo Sandy menasehatkan agar kaum intelektual membiasakan diri untuk melakukan pertanggungjawaban.
Di akhir ceramahnya, Romo Sandy mengutip kitab Mikha 6:8, "Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut Tuhan daripadamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?" Ia memberikan nasehat terutama ditujukan kepada kaum intelektual di kampus untuk menyadarkan mereka akan keadaan prihatin yang nyata dalam lingkungan-lingkungan yang tertindas dan terpinggirkan; kemudian, sejenak kecendekiaan dan elitisme kaum intelektual mereka lalu berpaling pada orang-orang miskin, lemah, dan tertindas.
Shinta Marthawati
|