Komisi Seminari KWI : Kunjungan Rektor Seminari Dili, Timor Leste
Friday, Aug. 27, 2004 Posted: 8:42:58AM PST
Komisi Seminari KWI menerima kunjungan Rm. Da Lopez, Rektor Seminari Menengah Timor Leste, Senin, 23 Agustus 2004. Beliau ditemani Rm. Danto, mantan Sekr. Eks. Komisi Seminari KWI yang juga merupakan rekan seangkatan Rm. Lopez ketika bersama-sama menjalani Tahun Rohani di Jakarta beberapa belas tahun silam.
Kunjungan ini bertujuan saling menukar informasi mengenai pembinaan panggilan di ke dua negara sekaligus sharing mengenai pengalaman dan upaya pengadaan dana guna menunjang pembinaan calon imam. Dalam bahasa Indonesia yang sangat lancar, Rm Lopez yang baru 2 bulan berada di Dili sesudah mengikuti pendidikan Pastoral Kaum Muda di Roma, mengemukakan beberapa masalah yang dihadapi Gereja khususnya Seminari di Timor Leste.
Penggunaan mata uang US $ menjadikan biaya hidup mahal dan sekaligus sulit. Sesudah ditekan sekecil mungkin, biaya hidup seorang seminaris menjadi 30 US $ sebulan dan itupun rata-rata setiap seminaris hanya mampu membayar 10 US $ saja. Maka bagi biaya hidup 70-an seminaris setiap bulan yang seharusnya berjumlah total 2.100 US $ hanya terkumpul 700 US % sehingga terjadi defisit 1.400 US% dan defisit ini ditanggung oleh keuskupan dan Roma. Belum terhitung biaya gaji guru dan pegawai, maintenance seminari dll.
Kedua, adanya begitu banyak LSM dari luar negeri yang menawarkan bea siswa menggiurkan bagi anak-anak muda yang pintar. Maka, begitu banyak anak muda yang pintar ‘lari keluar’ negeri sementara yang menjadi ‘sisa-sisa’nya datang melamar ke Seminari. Maka, kwalitas sumber daya manusia dari para seminaris pun menurun, demikian Rm Rektor da Lopez. Hal ini menuntut pembinaan ekstra di Seminari, yang para stafnya pun tidak dipersiapkan secara khusus.
Ketiga, pengaruh kebebasan politik menjadikan umat juga merasa bebas dalam hidup beragama. Dahulu orang ke gereja karena takut pada ABRI dan hormat kepada para imam. Sekarang, lewat pengalaman perjuangan kemerdekaan, banyak umat lebih berani mengkritisi para imam, secara terbuka dan berani, sementara semangat berimanpun menjadi luntur. Sementara itu, kelompok-kelompok kristen mulai gencar mempengaruhi umat Katolik dengan iming-iming uang dan dana. Hal ini membutuhkan sikap pastoral baru para pemimpin gereja sekaligus tantangan besar bagi pembinaan para calon pemimpin gereja. Syukur bahwa banyak imam ‘senior’ dari Dili telah mulai dapat ikut ber-reformasi dengan perkembangan umat. Cukup menggembirakan juga bahwasanya mayoritas tenaga imam, merupakan imam-imam muda yang menurut Romo da Lopez membawa pengharapan segar dan pembawaan pastoral yang lebih cocok sesuai perkembangan zaman dan umat.
Romo da Lopez juga memberitahukan bahwa pada tanggal 31 Oktober 2004, seminari menengah ini akan merayakan pesta emasnya. Presiden Xanana Gusmao telah mengumumkan hari ini sebagai hari libur nasional. Maklumlah beliau adalah seorang alumnus seminari tsb, demikian pula banyak staf dalam pemerintahannya adalah alumni seminari yang sama. Romo da Lopez merencanakan menjadikan hari ini juga sebagai hari kesadaran dan tanggung jawab umat atas pembinaan para calon imam mereka, baik melalui doa, derma dan pemberian putra-putra terbaiknya.
Next Page: 1 | 2 |
|