Tokoh Islam dan Kristen Perlu Dialog Jujur
Dengan dialog yang jujur serta penuh dengan semangat kebersamaan serta silaturahmi maka segala bentuk persoalan kehidupan beragama dapat diatasi
Saturday, Nov. 12, 2005 Posted: 10:51:26AM PST
Tokoh Islam dan Kristen di Indonesia perlu duduk bersama guna membangun sebuah dialog secara jujur, terbuka dan bijaksana dalam membangun kehidupan ditengah masyarakat dan bangsa secara harmonis serta damai.
Dengan dialog yang jujur serta penuh dengan semangat kebersamaan serta silaturahmi maka segala bentuk persoalan kehidupan beragama dapat diatasi.
Demikian benang merah pokok pikiran Konsultasi Nasional Gereja-gereja se Indonesia yang berlangsung di Jakarta, Kamis (10/11). Pembicara dalam kesempatan itu, Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Dr Din Syamsuddin, Ketua Badan Legislasi DPR, Dr AS Hikam, Ketua Mahkamah Konstitusi, Prof Dr Jimly Asshiddiqie, pengamat politik, Dr Burhan Magenda dan Prof Dr John Pieris, Suara Pembaruan memberitakan.
"Tokoh dan pemimpin gereja Kristen dan tokoh Islam perlu duduk bersama untuk membangun sebuah forum dialog yang jujur, terbuka dan penuh dengan gagasan yang arif serta bijaksana. Saya sepakat bahwa kondisi bangsa ini, khususnya pluralisme di Indonesia tengah mengalami krisis, saya siap untuk memfasilitasi dialog terbuka dengan semangat kebersamaan serta silaturahmi nasional antar tokoh umat ini," ujar Din Syamsuddin.
Menurut dia, jika pertemuan dialogis secara terbuka ini dapat dilakukan maka persoalan antara Islam dan Kristen dapat dibuat agenda persoalan sehingga dapat satu persatu dengan penuh semangat kebersamaan seluruh persoalan dapat diselesaikan secara bijaksana.
Dengan dialog yang tidak ada dusta diantara sesama anak kandung Republik ini, diharapkan segala bentuk kecurigaan di tengah umat Islam dan Kristen dapat hilang dan menjadi energi positip untuk sama-sama membangun Indonesia menjadi negara yang kuat dan damai.
"Saya tahu bahwa sekarang ini ada sekelompok umat Kristen yang juga dapat dikatakan sebagai fundamentalis, saya harap mereka dapat dibina oleh PGI dan organisasi gereja aras nasional lainnya. Sedangkan sekelompok umat Islam yang radikal dan memancarkan wajah Islam menjadi kurang bersahabat bagi umat Kristen, saya akan coba mendekati mereka dan mengajak mereka untuk berdialog secara terbuka. Mereka menjadi tanggung jawab saya," ujar Din.
Sementara itu, Ketua Mahkamah Konstitusi, Jimly Asshiddiqie, menyatakan konstitusi semestinya dipahami dan menjadi wacana publik bagi seluruh rakyat Indonesia. "Konstitusi harus dijadikan bagian dari kehidupan sehari-hari,"ujar Jimly.
Kebutuhan untuk menjadikan konstitusi sebagai wacana publik menjadi penting, menurut Jimly, karena saat ini Indonesia sudah menyelesaikan semua pranata kelembagaannya sesuai amanat UUD 1945.
Selain itu, konstitusi juga semestinya memang dipahami sebagai The Highest Law of The Land. "Tidak ada konsensus yang lebih tinggi dari apa yang kita akui sebagai konstitusi,"kata Jimly.
Pemahaman yang tepat, menurut Jimly, bisa mempertegas perbedaan antara per-soalan kemajemukan dan pluralitas dengan persoalan persamaan hak dan kewajiban sebagai warga negara.
"Kita tidak bisa mengingkari pluralitas, tapi juga harus bisa memahami asas persamaan sebagai warga negara sebagaimana diatur dalam konstitusi,"ujar Jimly. UUD 1945 juga harus diakui sebagai konstitusi yang baru selesai ditulis. "Bisa disempurnakan,"kata Jimly.
Next Page: 1 | 2 |
Sandra Pasaribu
|