Agama Masih Sering Dijadikan Komoditas Politik
Saturday, Nov. 12, 2005 Posted: 11:24:18AM PST
Para birokrat dan politisi di sejumlah daerah masih menggunakan agama sebagai bahan komoditas politik.
"Kita tahu ketika seorang ingin berkuasa, agama itu sering dijadikan alat legitimasi," kata Hasim Adnan dari Institute for Cultural and Religion Studies (INCRES) dalam jumpa pers di Cimahi, Jumat (11/11) siang, Tempo Interaktif memberitakan.
Pernyataan ini merupakan salah satu kesimpulan dari pertemuan para pemuda lintas agama yang berlangsung di Wisma Shalom Cimahi dari tanggal 9 -11 November. Pertemuan itu dihadiri para pemuda dari berbagai daerah di Indonesia dan beberapa negara lain.
Mereka mewakili organisasinya, seperti Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI), Persatuan Mahasiswa Islam Indonesia Jawa Barat, Persatuan Gereja Indonesia, Gereja Kristen Pasundan, Komisi Kepemudaan Keuskupan Bandung, dan Lembaga Analisis Sosial dan Agama (LENSA) Sukabumi.
Dua perwakilan dari The Presbyterian Church in Taiwan, dan Presbyterian Church of Korea turut hadir dalam pertemuan itu. Sedangkan perwakilan dari Jepang, Hong Kong dan Malaysia yang turut diundang, tidak bisa hadir.
Menurut Pendeta Supriatno, Ketua Umum PGI Jawa Barat, pertemuan tersebut baru pertama kali dan diprakarsai oleh para penggiat kehidupan pluralitas di Jawa Barat. Tujuannya adalah untuk menyikapi penutupan gereja yang terjadi di Jawa Barat dalam beberapa bulan terakhir.
"Kami menganggap bahwa fenomena itu tidak merepresentasikan sikap suatu agama secara formal, tapi hanya kalangan tertentu yang belum memiliki apresiasi terhadap perbedaan," katanya.
Meski begitu, menurut Hasim, pertemuan bertema "One Spirit in Differencies" ini digelar bukan sekedar untuk merespon kasus-kasus tertentu saja. Karena rencana pertemuan ini sudah digagas sebelum mencuatnya kasus-kasus penutupan gereja dan tempat ibadah jemaah Ahmadiyah.
Setelah petemuan ini, menurut Vonny, perwakilan dari Komisi Kepemudaan Keuskupan Bandung, pekan depan akan mengundang (Pemuda) Anshor untuk menindaklanjuti pertemuan ini.
Sedangkan Daden Sukendar dari Lembaga Analisis Sosial dan Agama (LENSA) Sukabumi berharap, pertemuan ini bisa dilanjutkan dengan menggelar kegiatan sosial keagamaan lintas iman. Karena jika kegiatan seperti itu dilakukan oleh satu agama tertentu, kerap menimbulkan kecurigaan di kalangan agama lain.
"Misalnya, bakti sosial oleh umat Kristiani dinilai sebagai upaya kristenisasi," katanya.
Maria F.
|