Dewan Gereja-Gereja Seluruh Afrika Menyerukan untuk "berfokus pada seluruh Sudan"
Saturday, May. 29, 2004 Posted: 3:03:25AM PST
Pada para Kristiani dan pemerintah dunia agar "menempatkan stuktur pendukung yang akan memungkinkan proses perdamaian Sudan" dan "menjaga seluruh Sudan dalam fokus."
Pernyatan Rev.Dr.Myume Dandala berdasarkan pada krisis kemanusiaan yang ekstrem di Sudan, dimana sekitar 30.000 orang mati dalam konflik yang membara yang meletus pada Februari 2003. Perkiraan baru-baru ini menunjukkan bahwa 1.2 juta orang secara paksa diusir dari rumah mereka dan satu juta orang berada dalam tenda-tenda yang menyedihkan di Dafur. Agen Kemanusiaan memperingatkan bahwa nyawa dari 350.000 orang berada dalam resiko dalam jangka waktu sembilan bulan kedepan, kebanyakan karena kelaparan, penyakit, kekurangan gizi dan kekerasan.
"Saya baru saja kembali dari kunjungan ke Sudan, benar-benar patah hati dari pengalaman yang memilukan," kata Dandala diawal refleksinya. "Sudan, sebagaimana yang kalian sadari, adalah segala sesuatu yang merupakan perwujudan dari penderitaan. Ia adalah sebuah panci raksasa - panci mendidih, membakar dan menyakiti semuanya pada saat yang bersamaan."
"Ada kebutuhan yang besar bagi dunia untuk menempatkan stuktur pendukung yang akan memungkinkan proses perdamaian Sudan di Naivasha dan persetujuan berikutnya, untuk menahan kehancuran yang tragis. Bergandengan tangan dengan insiatif yang diambil oleh WCC, AACC mendesak dunia untuk menjaga seluruh Sudan dalam fokus di Daftur," tulis Dandala. "AACC percaya ada dasar yang kuat untuk menginvestigasi dan memonitor laporan dari kejahatan yang melawan perikemanusiaan di Sudan."
Berikut ini adalah pernyataan Rev. Dandala secara utuh, sebagaimana yang dikeluarkan oleh Dewan Gereja Seluruh Afrika :
"Saya baru saja kembali dari kunjungan ke Sudan, benar-benar patah hati dari pengalaman yang memilukan.
Sudan, sebagaimana yang kalian sadari, adalah segala sesuatu yang merupakan perwujudan dari penderitaan. Ia adalah sebuah panci raksasa - panci mendidih, membakar dan menyakiti semuanya pada saat yang bersamaan.
Sementara grafik laporan media telah menyebabkan kita semua, seluruh dunia menfokuskan perhatian terutama kepada Darfur, kami diberitahu bahwa pemerintah membelakangi milisi menyerbu perkampungan di Upper Nile sekitar Malakal dengan kegiatan yang sama pula pada Darfur. Skenarionya mengilustrasikan pemberontakan yang menyedihkan dari sifat yang biadab yang telah perkenankan untuk hadir di dalam dunia kita yang modern dan seharusnya beradab.
Laporan yang sampai pada kami kemarin sore dari koneksi kami di Sudan mengatakan bahwa dalam empat hari terakhir, rumah dari sekitar 23.000 penduduk desa telah hancur lebur di Upper Nile. Lebih jauh kami pelajari bahwa para milisi bergerak maju ke bagian utara dari Upper Nile menyebabkan ribuan penduduk yang tak berdaya meninggalkan rumah mereka dengan segera.
Sejauh ini 150.000 orang telah diasingkan dan agen kemanusian telah meninggalkan area tersebut.
Yang lebih menyedihkan adalah orang-orang kulit hitam diwajibkan masuk kelompok milisi untuk menyerbu dan membunuh orang-orang mereka sendiri yang tak berdosa, kebanyakan suku Shilluk dan Nuer, yang dahulu kala telah hidup di wilayah Upper Nile sebagai rumah mereka.
Next Page: 1 | 2 |
Yunita Lee
|