Delegasi Cina Pertama Datang ke Konferensi Misi WCC
Sebuah presentasi yang menginspirasikan diberikan oleh delegasi Cina
Friday, May. 13, 2005 Posted: 2:56:01PM PST
|
Rev. Cao Shengjie, China Christian Council. (Peter Williams/ WCC) |
|
Synaxeis "Common witness in China". (Peter Williams/ WCC) |
Sebuah presentasi yang menginspirasikan diberikan oleh delegasi Cina yang baru pertama kalinya yang menjelaskan tantangan-tantangan misi di Cina saat ini.
Menurut laporan Simon Barrow dari Ekklesia, Sekretaris Jenderal Dewan Kristiani Cina (China Christian Council-CCC) Rev Cao Shengjie berbicara pada sebuah synaxeis (istilah Yunani untuk pertemuan beberapa orang) yang berjudul, "Common witness in China" (Kesaksian umum di Cina), Selasa, 10 Mei 2005.
Dalam masyarakat tradisional Cina, terutama di Daratan Cina, Kekristenan umumnya dilihat sebagai sesuatu yang “asing”. Maka sulit untuk mempromosikan Injil secara otentik kepada tatanan budaya dan sosial seperti ini. Rev Cao dari CCC mengatakan tantangan dari umat percaya Cina adalah untuk menemukan secara jelas perspektif Cina mengenai misi dan penginjilan.
Perkiraan resmi dari CCC menunjukkan anggka dari umat Protestan di Cina sekitar 16-17 juta. Akan tetapi, peneliti memperkirakan jumlah tersebut berkisar antara 50-70 juta. Juga terdapat sekitar 12 juta Katolik. Gerakan luar biasa dari gereja-gereja bawah tanah atau gereja rumah telah membuat Cina menjadi salah satu negara yang pertumbuhan Kristianinya tercepat di dunia. Dan bahkan diharapkan akan semakin berkembang lagi.
Rev Cao mengatakan bahwa perluasan dari pendidikan ‘grassroot’, kesaksian sosial, penginjilan pribadi dan pembaruan dari pikiran teologi akan membuat tahap berikutnya dari perkembangan gereja Protestan memungkinkan, menurut Simon Barrows.
Di sisi lain, Rev Cao memperingatkan umat Kristiani di tengah-tengah banyaknya inisiatif-inisiatif penginjilan baru yang bermunculan, “Penginjilan tidak akan mencapai tujuannya jika metode-metode misi tidak sejalan dengan kebenaran Injil.”
Kebebasan beragama di Cina juga digaris-bawahi di synaxeis itu, sebagaimana isu itu juga secara luas didiskusikan oleh penginjil-penginjil dunia, NGOs dan kelompok-kelompok hak asasi manusia saat pertemuan Komisi Hak Asasi Manusia PBB di Jenewa bulan lalu.
Di Cina, hanya gereja-gereja "three-self" yang secara legal diakui oleh pemerintah. "Three-self" artinya means to be self-propagating (menyebarkan sendiri), self-supporting (mendukung sendiri) dan self-financing (membiayai sendiri).
Dari tanggal 1 Maret, peraturan baru mengenai agama diimplementasikan di Cina. Peraturan baru itu mengatakan bahwa “Siapapun yang memaksa warga untuk percaya atau tidak percaya pada agama apapun…akan diperintahkan untuk membuat koreksi oleh departemen urusan agama” dan dapat menghadapi tuntutan kriminal.
Rev Cao mengatakan kebebasan beragama memerlukan bingkai legal untuk menjamin keamanan dan stabilitas baik untuk gereja maupun pemerintah.
China Christian Council (CCC) dibentuk pada tahun 1980, setelah pembukaan kembali gereja pada tahun 1979. Rev Cao menambahkan CCC, terutama melalui ministry Alkitabnya, bertujuan untuk mendukung semua umat Kristiani di Cina, tidak hanya mereka yang mengenali prinsip ‘three-self’.
Kehadiran delegasi Cina di konferensi itu merupakan signifikan sejara yang kuat. "Ini adalah kunjungan kami yang pertama ke Ahena, dan ini juga pertama-kalinya kamu menjadi bagian dari Konferensi mengenai Misi dan Penginjilan Dunia melalui pertemuan ini,” kata Rev Cao seperti yang dikutip Ekklesia, sebuah think-thank Kristiani yang berpusat di Inggris.
Next Page: 1 | 2 |
Sandra Pasaribu
|