Vietnam Setuju Mengenai Kebebasan Beragama - Eritrea, Arab Saudi Masih Dalam Perbincangan
Monday, May. 9, 2005 Posted: 2:40:47PM PST
|
Perdana Menteri Vietnam Phan Van Khai mengumumkan bahwa ia akan bertemu Presiden Amerika Serikat George W. Bush pada tanggal 21 Juni, menjadi pemimpin penting Vietnam pertama yang mengunjungi AS sejak kemenangan komunis di perang Vietnam 30 tahun yang lalu. (AFP/ File) |
Amerika Serikat mengumumkan pada pekan lalu bahwa mereka telah mencapai suatu kesepakatan dengan Vietnam mengenai kebebasan beragama. Detail keputusan itu disampaikan saat Sekretaris Deputi dari Departemen Negeri AS, Robert B. Zoellick mengunjungi Hanoi pada tanggal 6 Mei, menurut AFP.
John Hanford, duta besar AS untuk kebebasan beragama internasional mengatakan dalam sebuah konferensi pers, “Dalam beberapa minggu ini, Vietnam telah melarang praktek dari pemaksaan (untuk) meninggalkan iman.”
“Mereka telah melepaskan beberapa jumlah tahanan yang berkaitan dengan masalah itu, dan mereka mulai mendaftarkan dan mengijinkan pembukaan kembali gereja-gereja yang sebelumnya telah ditutup.”
“Lebih penting lagi, Vietnam juga telah membuat reformasi legislatif yang signifikan yang memegang janji dari kemajuan utama dalam kebebasan beragama di masa mendatang,” lanjutnya.
Pada tanggal 30 April 2005, Vietnam melepaskan lebih dari 7.000 tahanan politik untuk menandai peringatan dari berakhirnya perang Vietnam, termasuk beberapa pemimpin religius penting dari Gereja Katolik Roma, Gereja Protestan dan Gereja Mennonit.
Walaupun adanya kemajuan nyata di Vietnam dalam beberapa bulan terakhir, pejuang kebebasan beragama terus melaporkan penyiksaan yang berkelanjutan di negara itu.
Le Thi Hong Lien, seorang guru alkitab berumur 21 tahun dari Gereja Kristiani Mennonit, merupakan bagian dari pembebasan amnesti pada tanggal 30 April. Ia sebenarnya dijatuhi hukuman 12 bulan penjara pada bulan November yang lalu karena mengambil bagian dalam sebuah protes mengenai kebebasan beragama.
Akan tetapi menurut Compass Direct, sebuah organisasi yang mengawasi penganiayaan terhadap umat Kristiani, hanya dua hari setelah pembebasannya, Le Thi Hong Lien kembali ditangkap pleh polisi saat mengikuti sebuah pendalaman Alkitab di sebuah rumah dengan umat Kristiani lainnya. Ia dilaporkan “kelelahan dan ketakutan” walaupun ia dilepaskan segera setelah interogasi.
Sebagai tambahan, Pusat untuk Kebebasan Beragama di Freedom House, sebuah organisasi hak asasi manusia AS, melaporkan dua minggu lalu bahwa Hanoi meningkatkan penganiayaannya terhadap minoritas Kristiani. Banyak orang Hmong Kristiani, sebuah suku di Vietnam yang mayoritas beragama Kristen, telah menerima ancaman mati dan lebih dari 100 orang telah melarikan diri dari negara tersebut dalam beberapan bulan terakhir.
“Buktinya terdiri dari kaset-kaset wawancara, kesaksian tertulis tangan diantara para pemimpin Hmong, dan sebuah dokumentasi mengidentifikasikan nama dan posisi dari banyak pejabat Vietnam yang terlibat dalam penganiayaan,” tulis laporan tersebut.
Sementara itu, Perdana Menteri Vietnam Phan Van Khai mengumumkan bahwa ia akan mengunjungi Amerika Serikat pada akhir bulan Juni dalam suatu usaha untuk memperbaiki hubungan di antara dua negara dan juga untuk mendiskusikan perdagangan. Phan akan menjadi pemimpin Vietnam paling senior yang mengunjungi Washington secara resmi sejak kemenangan komunis di perang Vietnam 30 tahun yang lalu.
Next Page: 1 | 2 |
Sandra Pasaribu
|