Siswi-siswi Miskin Katolik Bekerja Untuk Bersekolah
Wednesday, Oct. 6, 2004 Posted: 4:44:45PM PST
Siswi-siswi Miskin Katolik Bekerja Untuk Bersekolah
BAO LOC, Vietnam -- Para siswi dari keluarga-keluarga Katolik miskin di sebuah dataran tinggi di Vietnam bagian selatan merasakan kebahagiaan bisa bersekolah meskipun mereka harus bekerja untuk membiayai sekolah mereka.
Sejak tahun ajaran baru dimulai 5 September, Therese Dinh Thi Hong Hanh, siswi kelas 10, dan dua adik perempuannya, bekerja di sebuah pabrik teh yang kecil. Mereka bekerja di pagi hari dan pergi sekolah setelah makan siang. Mereka masing-masing memperoleh 7.500 dong (US$0.50) per hari di pabrik itu.
Hanh mengatakan kepada UCA News, "Kami lupa akan kelelahan kami dan senang bisa pergi ke sekolah."
Ia dan adik-adiknya, katanya, secara keseluruhan harus membayar uang sekolah sebesar 300.000 dong. Karena mereka bersekolah di sebuah sekolah menengah swasta, mereka harus membayar uang sekolah lebih mahal dibanding para siswa di sekolah negeri. Sekolah-sekolah swasta menerima para siswa yang gagal masuk sekolah-sekolah negeri karena nilai akademis yang rendah.
Ketiga anak perempuan bersaudara itu merupakan sebagian dari banyak siswa yang berasal dari keluarga-keluarga miskin di Paroki Tan Ha, Kota Bao Loc, 1.480 kilometer selatan Ha Noi. Banyak dari teman-teman mereka juga bekerja, kata Hanh.
Tahun 1999, Keuskupan Da Lat, yang meliputi Paroki Tan Ha, meluncurkan program beasiswa untuk membantu para siswa dari warga suku. Program itu telah membantu 698 anak warga suku untuk dapat bersekolah. Menurut data tahun 2000, keuskupan itu memiliki sekitar 250.700 umat Katolik, seperempat di antaranya warga suku.
Hanh dan adik-adiknya adalah orang Kinh, anggota mayoritas komunitas etnis di Vietnam. Mereka juga membutuhkan bantuan finansial untuk pendidikan mereka.
Seorang anggota Dewan Paroki Tan Ha mengatakan kepada UCA News, dewan paroki sedang mempertimbangkan untuk memberikan beasiswa kepada para siswa miskin yang layak mendapatkannya. Sebelumnya, sumber daya paroki difokuskan pada pembangunan fasilitas-fasilitas paroki.
Hanh, 15, mengatakan, pada liburan musim panas selama tiga bulan baru-baru ini, ia dan adik-adiknya menghasilkan 2 juta dong di pabrik teh itu. Uang itu dipakai untuk membayar uang sekolah, uang gedung sekolah, seragam sekolah, buku-buku, alat tulis, dan keperluan-keperluan lain yang dibutuhkan untuk tahun ajaran baru.
Ibu Hanh, Marie Nguyen Thi Nam, 45, mengatakan kepada UCA News, ia mempunyai lima anak laki-laki dan tiga anak perempuan. Ia tidak sanggup membayar uang sekolah untuk mereka semua, katanya, sehingga semua anak laki-lakinya terpaksa putus sekolah dan bekerja untuk menopang keluarga. Sementara itu, anak-anak perempuannya bekerja paruh waktu dan menabung untuk biaya pendidikan mereka.
Marie Tong Thi Bich Thuy, 20, mengatakan kepada UCA News, ia juga harus bekerja untuk biaya kuliahnya. Ia telah lulus ujian masuk perguruan tinggi di Ho Chi Minh City tahun ini, namun ia resah bagaimana ia akan membayar uang kuliah karena keluarganya tidak mampu membiayai pendidikannya.
Next Page: 1 | 2 |
|