Memudarnya Nilai-nilai Kekeluargaan Mendorong Imam India Mengeluarkan Surat Gembala
Monday, Sep. 20, 2004 Posted: 10:03:43PM PST
KOCHI, India -- Meningkatnya kasus perceraian di kalangan umat Kristen di Kerala, India bagian selatan, mendorong Varkey Kardinal Vithayathil untuk menanggapi masalah ini dengan sebuah surat gembala.
Surat gembala itu dibacakan pada 12 September di semua paroki di Keuskupan Agung Ernakulam-Angamaly, yang dipimpin oleh kardinal. Surat gembala itu meminta umat untuk menanamkan cinta dan kasih sayang dalam kehidupan keluarga guna membendung meningkatnya perceraian.
"Masyarakat telah lupa bahwa perkawinan harus berlangsung sampai mati," sesal kardinal.
Kardinal Vithayathil memimpin Gereja Siro-Malabar, satu dari dua ritus Oriental dari Gereja-Gereja Katolik yang berbasis di Kerala. Kedua ritus itu mengikuti tradisi Gereja Siria dan mengikuti jejak pendiri mereka, St. Thomas Rasul. Kedua Gereja itu dan Gereja ritus Latin (yang diperkenalkan oleh para misionaris Eropa) membentuk Gereja Katolik di India. Gereja Siro-Malabar terdiri atas 3,5 juta dari 16 juta umat Katolik di India.
Juru bicara Gereja Siro-Malabar, Pastor Paul Thelakat, mengatakan, yang mendorong kardinal berbicara isu perceraian dalam surat gembalanya adalah memudarnya nilai-nilai dalam kehidupan keluarga.
Meskipun surat gembala itu dibacakan hanya kepada umat Katolik Ernakulam-Angamaly, kata Pastor Thelakat kepada UCA News 13 September, surat gembala ini ditujukan kepada semua umat Kristen di Kerala.
Dalam surat gembala itu, kardinal mengutip statistik yang menekankan "angka perceraian yang sudah mengkhawatirkan di kalangan umat Kristen." Menurut catatan pengadilan, tahun 1998 Kerala mencatat 3.847 kasus perceraian di kalangan umat Kristen. Tahun berikutnya, 4.377 umat Kristen mengajukan perceraian di negara itu. Hingga tahun 2000, angka perceraian meningkat menjadi 5.129.
Untuk menyelesaikan kasus-kasus yang ditangani pengadilan sipil dan keluarga itu mungkin membutuhkan waktu bertahun-tahun. Umat Kristen terdiri atas 19 persen dari 31,8 juta penduduk Kerala.
Kardinal menjelaskan, 288 kasus perceraian di Keuskupan Agung Ernakulam-Angamaly di tahun 1999 meningkat menjadi 933 di tahun 2000.
Menurut dia, konseling pranikah, saling memahami antar-pasangan, dan menghormati peraturan Gereja itu perlu untuk menghentikan perceraian.
Pastor Thelakat mengatakan, kardinal merancang surat gembala itu dalam konteks sidang dua tahunan Gereja Siro-Malabar yang akan berlangsung 2-5 November. Setiap seksi Gereja akan mengikuti sidang bertema "Aneka Tantangan Dalam Keluarga Kristen" itu.
Menurut Kardinal Vithayathil, studi yang dilakukan oleh Keuskupan Agung Ernakulam-Angamaly mengungkap bahwa alkolisme merupakan faktor utama dalam 40 persen kasus perceraian di kalangan umat Kristen di Kerala. Sebanyak 35 persen dari kasus itu disebabkan oleh hubungan di luar perkawinan dan 15 persen oleh masalah mental, sisanya karena alasan ketidakcocokan.
Dengan kondisi semacam ini, hanya cinta dan kasih sayang yang bisa mempertahankan kehidupan dan keamanan keluarga, tegas kardinal. Ia mengatakan, semakin banyak kasus yang berkaitan dengan kehidupan perkawinan muncul di pengadilan-pengadilan keluarga karena perubahan gaya hidup masyarakat.
Next Page: 1 | 2 |
|