Pendidikan Katolik Tegaskan Relevansi Pendidikan Perdamaian
Tuesday, Sep. 7, 2004 Posted: 5:12:31PM PST
Para pendidik Katolik Thailand membahas perlunya pendidikan perdamaian dan cara penerapannya di sekolah-sekolah yang dikelola Gereja.
Pastor Bunlert Phromsena, ketua panitia seminar 2004 dari Dewan Pendidikan Katolik Thailand (DPKT), mengatakan kepada 368 imam, kaum religius pria dan wanita, dan umat awam yang berkarya di sekolah-sekolah Katolik bahwa konflik dan kekerasan banyak terjadi di negara itu baik dalam lingkup keluarga, politik, agama, masyarakat, maupun ekonomi.
Imam itu menyampaikan salah satu dari sejumlah ceramah utama pada seminar tahunan yang diselenggarakan oleh DPKT pada 22-25 Agustus di Pattaya, 100 kilometer tenggara Bangkok, itu. Ceramah dari imam itu dan ceramah-ceramah lainnya menyuarakan kembali rekomendasi untuk pendidikan perdamaian yang dibuat pada pertemuan para pendidik Katolik Asia di Colombo pada bulan Maret.
Ketua Komisi Pendidikan Keuskupan Ubon Ratchathani itu mengatakan, Thailand tidak imun terhadap gerakan-gerakan keras. Ia menyinggung soal krisis yang terjadi di Propinsi Songkhla, Narathiwat, Pattani, dan Yala yang terletak di bagian paling selatan. Di tempat-tempat itu, lebih dari 300 orang terbunuh tahun ini dalam kekerasan yang, menurut pemerintah, merupakan tanggung jawab dari kaum separatis Islam.
Dengan menyebut keserakahan sebagai penyebab terjadinya konflik, ia mengatakan, perekonomian kapitalis liberal yang menyebar luas meningkatkan persaingan dan materialisme. Ini mendorong orang-orang kaya dan berkuasa untuk mengambil keuntungan dari orang lain, khususnya kaum miskin.
Ia juga menyebut bentuk-bentuk konflik lainnya, mulai dari perselisihan dalam keluarga -- antara orang tua dan anak-anak remaja -- hingga perselisihan antara kelompok-kelompok etnis dan komunitas mayoritas, dan di kalangan partai-partai politik dan agama.
"Hanya orang-orang yang menumbuhkan perdamaian dalam diri mereka sendirilah yang bisa mengubah perilaku mereka, sehingga bisa menciptakan perdamaian dalam masyarakat," kata Pastor Bunlert. Ia mengusulkan agar sekolah-sekolah harus memperkenalkan proses penumbuhan perdamaian dalam diri para siswanya.
Kaum muda "punya potensi yang besar" untuk menciptakan perdamaian dalam masyarakat, dan sekolah-sekolah harus membantu mereka mengembangkan potensi ini dengan belajar mengubah perilaku mereka, jelas Pastor Bunlert. Ia menggambarkan upaya untuk mengembangkan potensi itu sebagai inti dari pendidikan perdamaian.
ucan
|