Kompromi Petal Bunga Akhiri Kontroversi Yang Dipicu Pedoman Dari Vatikan
Saturday, Sep. 4, 2004 Posted: 12:00:01PM PST
Pengunjung dan anak-anak muda beragama lain masih berbaris dalam Misa di Gereja Maria Diangkat ke Surga di Kathmandu untuk menerima petal (daun mahkota) bunga yang dibagikan setelah komuni, namun ajakan untuk menerima petal bunga itu telah berubah.
Perubahan mencerminkan suatu kompromi yang telah mengizinkan kebiasaan itu dilakukan terus-menerus bertahun-tahun dalam Misa utama berbahasa Nepal pada setiap hari Sabtu. Namun perubahan terjadi setelah muncul pengumuman baru-baru ini bahwa kebiasaan itu akan berakhir. Di Nepal, Misa Minggu dirayakan pada hari Sabtu, hari libur mingguan, dan pada hari Minggu.
Pembagian petal bunga pada Misa bagi anak-anak yang belum menerima komuni pertama atau bagi para pengunjung yang tidak beragama Katolik itu telah berlangsung di Gereja Maria Diangkat ke Surga sejak gereja itu dibangun, setelah konstitusi baru 1990 negeri itu menjadikan kebebasan beragama sebagai suatu hak asasi di Nepal. Namun, praktek pembagian petal bunga itu sendiri sebenarnya berasal dari kuil-kuil pribadi di negara Hindu itu. Di sana, orang-orang yang datang berdoa, baik di kuil-kuil Hindu maupun Buddha, diberi petal bunga yang sudah diberkati setelah berdoa atau setelah menghaturkan sesaji.
Oleh karena itu, pengumuman pada Misa 7 Agustus bahwa pembagian petal bunga tidak lagi akan dilakukan pada Misa, tapi diberikan saat umat keluar meninggalkan gereja, membuat banyak umat terkejut.
Para pejabat Gereja lokal mengatakan kepada UCA News, pengumuman itu muncul karena ada instruksi "Redemptionis Sacramentum," yang dikeluarkan Kongregasi untuk Ibadat Ilahi dan Sakramen-Sakramen yang berpusat di Vatikan, 23 April. Instruksi itu memiliki sub-judul, "Tentang hal-hal tertentu yang harus diperhatikan atau dihindari berkenaan dengan Ekaristi Yang Maha Suci" (On certain matters to be observed or to be avoided regarding the Most Holy Eucharist).
Menurut Pastor Justin Lepcha, imam asli Nepal berusia 33 tahun yang bertugas di Gereja Maria Diangkat ke Surga, "Kami mengadakan pertemuan pastoral pada 3 Agustus. Pada pertemuan itu, semua imam paroki dari seluruh Nepal hadir, dan secara resmi kami memutuskan bahwa petal bunga diberikan di luar Misa."
Dari umat, UCA News mendapat komentar-komentar setelah pengumuman itu. Robert Rai mengatakan, beberapa umat Hindu dan umat Buddha yang datang untuk mengamati atau ambil bagian dalam Misa kini merasa bahwa mereka tidak bisa mendapat apapun secara langsung pada Misa."
Ganesh Parajuli, seorang anggota dewan paroki, ingin agar masalah itu "dibahas dalam dewan sebelum diumumkan kepada umat."
Ada yang menyatakan keprihatinan terutama tentang bagaimana perasaan anak-anak.
"Mungkin akan ada kebingungan ketika Anda mencoba menyerahkan bunga setelah Misa di pintu masuk gereja, karena pasti setiap kali ada puluhan anak yang bingung," jelas Binod Gurung, warga Masyarakat Katolik Nepal (Nepal Catholic Society), badan Gereja yang resmi.
Sunita Tamang, seorang ibu empat anak, mengatakan, "Anak-anak benar-benar menunggu dengan penuh harapan untuk menerima petal bunga seperti semua orang lain. Maka tentu (perubahan itu) akan lebih menyulitkan anak-anak untuk menghadiri Misa Sabtu selama satu setengah jam."
Next Page: 1 | 2 |
|