Dialog Terbuka, Kunci Untuk Masalah Keluarga Dan Masyarakat
Friday, Aug. 27, 2004 Posted: 8:42:56AM PST
Dialog antara orang-orang yang memihak salah satu sisi dalam memperdebatkan kelebihan dan kelemahan globalisasi itu perlu untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi keluarga-keluarga dan masyarakat, kata Jean-Baptist Kardinal Pham Minh Man dari Ho Chi Minh City.
Kardinal asal Vietnam itu mengatakan dalam tanggapannya terhadap "Instrumentum Laboris" (dokumen kerja) Sidang Umum FABC VIII bahwa pendekatan-pendekatan tradisional dan baru mempunyai kelebihan dan kelemahan. Dikatakan, banyak masalah yang dihadapi keluarga Asia saat ini berkaitan dengan perubahan dari perekonomian lokal menjadi perekonomian global.
Kardinal Man adalah salah satu dari sekitar 90 delegasi untuk sidang umum yang diselenggarakan 17-23 Agustus di Daejeon (Taejon), 170 kilometer selatan Seoul itu. Mereka dan lebih dari 90 peserta lainnya -- termasuk umat awam, imam, dan bruder dan suster -- sedang mengadakan pertemuan bertema "Keluarga Asia Menuju Budaya Kehidupan."
Dalam intervensinya, kardinal mengatakan, perekonomian tradisional di Asia cenderung menguatkan keluarga besar sementara globalisasi yang semakin meningkat mendorong orang keluar dari ladang dan pergi ke kota-kota untuk bersaing mendapatkan pekerjaan, khususnya kerja di pabrik-pabrik.
Menurut prelatus itu, hal ini secara efektif mengakibatkan keluarga-keluarga besar mengabaikan orang yang sudah tua dan anak-anak. Muncullah suatu "cara hidup yang baru" yang menekankan "materialisme, pragmatisme, dan hedonisme," yang bertentangan dengan nilai-nilai tradisional masyarakat Asia.
Reaksi spontan Gereja adalah mengecam globalisasi karena memaksa terjadinya suatu perubahan budaya, katanya.
Peserta di Daejeon dari negara-negara kaya dan miskin akan mendekati berbagai masalah dari berbagai sisi yang bertentangan, kata kardinal. Namun menuding Barat dan globalisasi tidak cukup untuk menanggapi permasalahan yang diidentifikasi.
Ia menyarankan agar masyarakat hendaknya mengamati hal-hal baik yang dihasilkan oleh sistem baru itu, bukan mengecamnya. Ia ingin agar orang-orang Gereja, serta orang-orang tua, berdialog dengan orang-orang yang telah terbentuk oleh sistem baru itu untuk menyelamatkan hal-hal terbaik dari pendekatan tradisional dan pendekatan baru itu. Ia mengatakan, ini meminta kesabaran bukan reaksi spontan dari kedua belah pihak yang saling bertentangan.
Menurut Kardinal Man, persilisihan antara nilai-nilai tradisional dan baru pada inti perdebatan ini bisa dilihat dengan sangat jelas dalam lingkungan keluarga, antara anggota keluarga, dan antara berbagai generasi.
"Orang-orang yang sudah tua menyoroti nilai-nilai tradisional, orang-orang muda menolak nilai-nilai itu untuk mempertahankan sikap mereka. Konflik keluarga semakin memburuk," jelas kardinal.
"Akibatnya, hubungan keluarga, keutamaan keluarga, dan tanggung jawab pendidikan dari orang tua rusak parah," katanya. Ditambahkan, dampak yang paling umum adalah polarisasi antara orang-orang yang mempertahankan pendekatan tradisional dan orang-orang yang mendukung pendekatan baru yang lebih mengutamakan keuangan.
Next Page: 1 | 2 |
|