Konsep Keluarga Harus Nyata, Tidak Terlalu Diidealiskan
Thursday, Aug. 26, 2004 Posted: 5:31:43PM PST
DAEJEON, Korea Selatan -- Beberapa pemimpin Gereja pada suatu pertemuan akbar para uskup Asia mengatakan, citra keluarga hendaknya tidak terlalu diidealiskan karena keluarga-keluarga senantiasa harus hidup di tengah lingkungan sulit.
Stephen Kardinal Fumio Hamao, seorang Jepang yang berkarya di Vatikan, mengatakan, konsep keluarga hendaknya merangkul keluarga-keluarga migran yang berada dalam situasi tidak stabil. Ketua Dewan Kepausan untuk Pastoral Pengungsi dan Orang Dalam Perjalanan itu menyebut keluarga Yesus sebagai teladan dan menegaskan, "Yesus adalah seorang pengungsi dan Yosef adalah seorang migran ilegal yang tidak memiliki dokumen." Juga dikatakan, Keluarga Kudus itu sangat menderita dan "tidak aman."
Ia menyampaikan hal itu pada konferensi pers 18 Agustus di sela-sela Sidang Umum FABC VIII. Pertemuan itu diselenggarakan 17-23 Agustus di Daejeon (Taejon), 170 kilometer selatan Seoul. Temanya adalah "Keluarga Asia Menuju Budaya Kehidupan."
Uskup Cheju Mgr Peter Kang Woo-il mengatakan kepada UCA News 18 Agustus, ia setuju bahwa keluarga Yesus "mengalami sejumlah kesulitan dan keterbatasan." Ditegaskan bahwa "kita tidak bisa bilang bahwa keluarga Nazareth itu adalah keluarga ideal," tapi keluarga Nazareth bisa dilihat sebagai sebuah keluarga yang "patut diteladani." Ketua Komisi Pelayanan Pastoral Pengungsi dan Orang Dalam Perjalanan itu menambahkan, "Di dunia ini, tidak ada keluarga yang sempurna."
"Kita hanya berusaha mewujudkan keluarga yang sempurna, yakni persekutuan kita dengan Allah," jelas anggota Kantor Awam FABC itu. Dalam hatinya, Gereja mencintai keluarga karena "keluarga adalah unsur yang paling mendasar dalam perjalanan menuju penyelesaian akhir, yakni persekutuan antara Allah dan manusia," katanya.
Waligereja Pakistan telah mengusulkan Keluarga Kudus sebagai model "keluarga miskin Asia" -- para anggota kelas pekerja yang dieksploitasi yang harus berjuang sebagai pekerja manual, seperti yang disimbolkan oleh Yosef yang bekerja sebagai tukang kayu.
Dalam suatu tanggapan yang diajukan kepada komite FABC yang menangani revisi "dokumen kerja" sidang umum itu, Konferensi Waligereja Pakistan menjelaskan bahwa Keluarga Kudus "harus mengasingkan diri dan menghadapi banyak penderitaan di negara asing." Waligereja Pakistan juga menarik paralel dengan umat Katolik yang meninggalkan negara mereka untuk mengupayakan kehidupan yang lebih baik dan mencari kebebasan agama.
Menurut Kardinal Hamao, kemiskinan dan pengangguran serta kebobrokan politik, distribusi kekayaan yang tidak seimbang, dan bencana ekologis merupakan alasan migrasi. Namun ia mengatakan pada konferensi pers itu bahwa semua orang pada dasarnya adalah peziarah yang tidak memiliki tempat permanen, sama seperti kaum migran dewasa ini dan masyarakat Israel zaman dulu. "Yesus mengatakan bahwa rumah tetap kita adalah surga," jelasnya.
Meskipun demikian, katanya, orang harus berusaha menciptakan di dunia ini "keluarga yang baik, tanpa diskriminasi ras maupun warna kulit."
Pejabat Vatikan itu juga mengatakan, migrasi mengakibatkan perpaduan yang sangat berbeda dari kebangsaan, warna kulit, agama, dan budaya. Namun orang pada umumnya, termasuk umat Katolik, tidak terbuka untuk menerima kaum migran. Inilah yang menjadi keprihatinan Dewan Kepausan untuk Pastoral Pengungsi dan Orang Dalam Perjalanan, yang, katanya, berusaha meningkatkan mentalitas terbuka terhadap orang asing.
Next Page: 1 | 2 |
|