Wawancara - "Kebebasan Agama, Kunci Hubungan Cina-Vatikan"
Thursday, Jul. 29, 2004 Posted: 1:15:23PM PST
TAIPEI -- Mantan Duta Besar Taiwan untuk Takhta Suci yakin hubungan diplomatik antara Beijing dan Takhta Suci bisa berkembang hanya jika Beijing menjamin kebebasan agama bagi jutaan umat Katolik di Cina daratan.
Raymond Tai Rui-ming, yang kini berusia 70 tahun, turun dari jabatan Duta Besar Republik Cina untuk Takhta Suci pada bulan Januari. Takhta Suci adalah satu-satunya negara di Eropa yang memiliki hubungan diplomatik penuh dengan Taiwan. Ia menjaga hubungan dengan Takhta Suci selama lebih dari tujuh tahun ketika menjabat sebagai duta besar. Wakil Takhta Suci di Taipei itu menjabat sebagai charge d'affaires.
Tai, seorang veteran diplomat selama lebih dari 20 tahun, menjadi wakil diplomatik Taiwan untuk Amerika Serikat dan Inggris. Ia juga berkarya sebagai wakil sekjen presiden Taiwan, serta jurubicara kantor kepresidenan sebelum ia menjadi duta besar untuk Takhta Suci tahun 1996.
Selama ia menjabat sebagai Duta Besar Republik Cina untuk Takhta Suci, dua ibu negara dan dua wakil presiden Taiwan mengunjungi Vatikan. Tahun 2003, ibu negara Taiwan yang menggunakan kursi roda, Wu Shu-chen, menyerahkan surat ucapan selamat kepada Paus Yohanes Paulus II atas pesta perak masa kepausannya dan juga menyerahkan cek senilai US$100,000 untuk bantuan pasca-perang di Irak.
Dalam wawancara UCA News berikut ini, Tai menggambarkan pandangannya tentang hubungan antara Taiwan, Cina daratan, dan Takhta Suci selama ia berada di Roma.
UCA NEWS: Apa dampak kunjungan dua ibu negara dan dua wakil presiden Taiwan ke Vatikan?
RAYMOND TAI RUI-MING: Saya selalu mengingatkan mereka agar tidak menonjolkan diri saat mengunjungi Vatikan. Tujuan dari kunjungan-kunjungan itu sangat jelas. Kami ingin Vatikan tahu bahwa kami memperhatikan perdamaian dan amal kasih. Bagi kami, amal kasih merupakan keutamaan tertinggi bagi umat manusia. Kami juga butuh dukungan luar negeri.
Kunjungan-kunjungan itu tidak bersifat politik, maka Beijing tidak mencampuri urusan kami. Saya minta kedua politisi dan ibu negara itu untuk mengikuti jadwal saya. Saya minta mereka untuk bicara hanya tentang masyarakat Taiwan yang mendambakan perdamaian dan untuk mengungkapkan rasa hormat mereka kepada paus.
Paus sebelumnya menyurati saya dan meminta saya untuk meningkatkan perdamaian. Hubungan kami dengan Takhta Suci itu bersifat spiritual. Kami sama-sama memperhatikan kebebasan agama. Misalnya, tentang isu rudal Cina yang menargetkan Taiwan, kami seharusnya melakukan dialog dan bukan mengadakan referendum di Taiwan yang justru memicu konflik dengan Cina daratan.
Dulu saya mengatakan kepada mantan Presiden Cina Jiang Zemin dan mantan Perdana Menteri Zhu Rongji bahwa meskipun ekonomi Cina berkembang sangat pesat, para penguasa masih harus menghormati kebebasan.
Tahun 1999, Sekretaris Negara Vatikan mengatakan bahwa nunsiatur Vatikan untuk Cina di Taipei bisa dipindahkan ke Beijing dalam sekejap. Apakah hal ini mempermalukan Anda?
Sama sekali tidak. Saya tidak terkejut ketika Angelo Kardinal Sodano membuat komentar seperti itu. Ini hanyalah taktik. Untuk hubungan diplomatik dengan Takhta Suci, Cina selalu menetapkan dua prasyarat -- yakni, Takhta Suci harus memutuskan hubungan dengan Taiwan dan Takhta Suci hendaknya tidak mencampuri urusan dalam negeri Cina.
Next Page: 1 | 2 | 3 |
|