Para Suster Dilarang Lakukan Karya Kerasulan Di Wilayah Pemberontak
Wednesday, Jul. 28, 2004 Posted: 8:07:20PM PST

MANILA -- Pemerintah, militer, serta para tokoh masyarakat dan Gereja di Filipina bagian selatan meminta para suster untuk berhenti melayani sebuah komunitas masyarakat adat setelah para suster itu dituduh berhubungan secara "tidak bertanggung jawab" dengan para pemberontak komunis.
Suster Evelia Lunio mengatakan kepada UCA News dari Butuan City, Agusan Del Sur, bahwa selama tiga bulan, ia dan para suster dari Kongregasi Suster-Suster Misionaris Maria (Missionary Sisters of Mary) dilarang berada di wilayah pegunungan propinsi yang terletak di sekitar Kota Bayugan itu. Komunitas para susternya dipindahkan ke Butuan City, sekitar 820 kilometer tenggara Manila, lanjutnya.
Tanggal 13 Juli, kata Suster Lunio, pengacara Keuskupan Butuan dan para imam dari Paroki Bayugan dan Paroki Esperanza bertemu dengan para pejabat militer, walikota, para tokoh "barrio" (lingkungan), dan Datu Subang (pemimpin kelompok bersenjata "Lupaca" dari suku Manobo). Pada pertemuan itu, para pejabat itu sepakat untuk melarang para suster untuk kembali melanjutkan karya kerasulan mereka hingga 13 Oktober, kata suster itu.
Keuskupan Butuan melayani Butuan City serta Propinsi Agusan del Sur dan Propinsi Agusan del Norte di wilayah penghasil kayu terkenal di negara itu. Kedua propinsi itu juga memiliki banyak tembaga, emas, besi, timah, dan perak, serta asbes, khrom, dan batu-batuan.
Uskup Butuan Mgr Juan De Dios Pueblos mengatakan kepada UCA News, para imamnya menghadiri pertemuan itu untuk menanggapi keluhan militer bahwa para suster itu terlibat dengan New Peoples Army (NPA, Tentara Rakyat Baru), sebuah kelompok komunis, di wilayah itu.
Menurut uskup, militer melaporkan bahwa para pemberontak mengumpulkan "pajak revolusi" dari politisi demi keselamatan mereka saat berkampanye untuk pemilihan umum 10 Mei. Juga diduga bahwa NPA dilindungi di wilayah tempat para suster itu mengadakan proyek agrikultural. Menurut laporan, uskup diberitahu bahwa anggota pasukan komunis, yang memiliki banyak uang dan bersembunyi di tengah-tengah warga Suku Manobo di Bayugan, bisa merekrut lebih banyak anggota.
Pada 19 Juni, hari libur nasional, sekitar 20 pemberontak membunuh dua polisi dan mencederai dua lainnya dalam suatu perampokan di sebuah kantor polisi di kota itu. Dua komunis juga terbunuh, tapi lainnya melarikan diri dengan membawa 14 pucuk senjata polisi.
Kemudian, seorang suster dari Kongregasi Suster-Suster Misionaris Maria mendampingi ibu dari seorang pemberontak yang dibantai itu untuk meminta jenazah pejuang itu, tapi militer kemudian mengidentifikasi wanita itu sebagai anggota kelompok pemberontak, bukan ibu dari pejuang yang terbunuh itu.
Charles Anggayong, Ketua Protokol Walikota, mengatakan kepada UCA News, seorang suster mengatakan kepada walikota bahwa insiden itu merupakan suatu kekeliruan dan tak seorang pun seharusnya mati. Menurut laporan, suster itu mengatakan bahwa ini seharusnya hanya "agaw armas" (perampasan senjata), tapi polisi mulai menembak dan para pemberontak membalas tembakan itu.
Next Page: 1 | 2 | 3 |
|