Satu Langkah Maju Bagi Keuskupan Korea Utara
Tuesday, Jul. 13, 2004 Posted: 12:38:07AM PST
PYONGYANG, Korea Utara, (Zenit) -- Pengangkatan wakil uskup baru untuk Pyongyang oleh administrator apostolik diosis yang berbasis di Korea Selatan, dilihat sebagai suatu langkah bersejarah. Uskupagung Nicholas Cheong Jin-suk dari Seoul, yang juga menjabat administrator apostolik Pyongyang , telah mengangkat Pastor Matthew Hwang in-kuk menjadi vikaris episkopalis untuk diosis Pyongyang yang namanya sesusai dengan ibukota Korea Utara.
Kantor berita missionaris Takhta Suci, Fides, mengatakan pengangkatan itu memberikan kekuatan dan harapan baru bagi “Gereja di Korea Selatan supaya bisa lagi mengkhabarkan Injil dan membuat iman semarak di Korea Utara,” yang “ memang tidak pernah terpadamkan, bahkan juga tidak pada saat-saat yang penuh kesulitan.”
Surat kabar Italia Avvenire mengatakan, sejak rejim komunis di Korea Utara mengusir hirarki gerejani, uskupagung Seoul juga sudah harus menjabat administrator apostolik Pyongyang. Peran atau jabatan tersebut sebenarnya ia tidak mampu jalankan, karena, resminya, diosis Korea Utara ketiadaan pastor.
Namun , agama Kristen masih hidup di Korea Utara, di mana orang-orang Katolik menghayati iman dalam konteks keluarga. Mereka menerima kunjungan-kunjungan berkala dari wakil-wakil Aksi Katolik. Menurut perkiraan terdapat 3,000 orang Katolik di Korea Utara. Sejak tahun 1989, rejim Komunis sudah mencoba menterapkan “perhimpunan patriotik” model Cina, dengan membentuk Perhimpunan Katolik Korea Utara.
Keputusan untuk mengangkat Pastor Hwang menjadi vikaris episkopalis (wakil uskup) Pyongyang, dikomunikasikan oleh Konferensi Wali Gereja Korea Selatan dan didahului di Seoul dengan pertemuan Uskupagung Cheong dengan 10 orang pastor Korea yang menyatakan kesiapsediaan mereka untuk bekerja di keuskupan Korea Utara.
Uksupagung Cheong mengatakan, "Usaha-usaha nyata untuk membuat Gereja bertumbuh di Korea utara tidak bisa ditunda lebih lama lagi.” . Uskupagung Seoul itu berharap Pastor Hwang, vikaris episkopalis yang baru, akan mempunyai kebebasan bergerak yang lebih leluasa untuk bisa bekerja, khususnya di bidang formasi.
Selama tiga tahun belakangan ini Gereja di Korea, bersama dengan Caritas-Hongkong dan Yayasan Eugene Bell yang berbasis di A.S., telah menyelenggarakan sejumlah missi kemanusiaan di Korea Utara Missi-missi tersebut sudah memampukan beberapa pastor pergi ke daerah-daerah pedalaman negeri itu.
Pada tahun 1998 sudah mulai ada kemungkinan mengorganisir suatu kunjungan ke Korea Utara yang dilakukan oleh uskup pembantu Seoul. Delegasi-delegasi Takhta Suci dan Caritas Internasional juga sudah bisa berkunjung. Pastor-pastor asing yang lewat dan singgah di Korea Utara juga sudah diizinkan merayakan upacara Missa pada hari Minggu di satu-satunya Gereja Katolik di Pyongyang.
Gereja di Korea Selatan sudah meminta berita dan laporan mengenai nasib mendiang Uskup Francis Hong Yong-ho, uskup terakhir Pyongyang dan juga nasib hampir sebanyak 50 orang pastor yang berada di Korea Utara dalam tahun 1940an. Di antara mereka yang masih hidup tentu sudah berusia 80an atau 90an.
Next Page: 1 | 2 |
|