Penasihat Hukum Yesuit Beri Warga Suku Landasan Hukum Sebagai Pengharapan
Friday, Jul. 9, 2004 Posted: 8:42:32PM PST
CHOTA UDEPUR, India -- Ketika warga suku di Chota Udepur, sebuah kota di Negara Bagian Gujarat, menghadapi masalah hukum, mereka memilih untuk menemui seorang penasihat hukum "orang Amerika."
Dari sejumlah orang yang berkecimpung di bidang hukum di kota itu, tak ada satu pun yang berasal dari Amerika. Namun ada Pastor Mathew Kalathil SJ, 67, yang telah menempatkan namanya dalam lingkaran hukum karena keahlian oratorisnya dalam berbahasa Inggris dan Latin.
"Oh, vakil (penasihat hukum) orang Amerika itu?" kata seorang penjual teh ketika ditanya tentang jalan menuju kediaman imam itu di Chota Udepur, sekitar 1.100 kilometer barat daya New Delhi.
Joy Mathew, seorang penasihat hukum Katolik yang berkarya di Pengadilan Tinggi Gujarat, mengatakan kepada UCA News, warga setempat memberi nama vakil kepada imam itu karena kemampuannya berbahasa Inggris.
Keahlian ini mempersulit orang lain untuk beradu dengan dia di pengadilan, kata para penasihat hukum lainnya, salah satunya Nanubhai Vasava. Mereka mengatakan, Pastor Kalathil memenangkan banyak kasus karena para hakim menghormati satu-satunya penasihat hukum berbahasa Inggris di kota itu.
Vasava, seorang warga suku, mengatakan kepada UCA News, melawan imam itu di pengadilan sama "seperti kehilangan kasus bahkan sebelum beradu." Namun para penasihat hukum tidak takut berhadapan dengan dia, meskipun mereka menghormati pengetahuannya tentang hukum, lanjut Vasava.
Mathew yakin bahwa Pastor Kalathil "berkomitmen untuk menjunjung keadilan bagi semua orang," meskipun ia mengakui bahwa pendekatan imam itu "sangat tidak konvensional."
Rajendra Rathwa, satu dari empat penasihat hukum yunior yang berkarya bersama Pastor Kalathil, mengatakan, orang miskin merasa bahwa mereka bisa memenangkan kasus mereka tanpa ada pungutan biaya jika imam itu yang menanganinya. Ia mengakui bahwa para penasihat hukum yunior belajar banyak tentang "trik" hukum dari imam itu. Namun mereka bergabung dengan imam itu untuk sebuah alasan, bukan uang. "Jelas, kami ingin memperoleh uang dari profesi ini, tapi tidak dengan menekan orang miskin," jelas Rathwa.
Pastor Kalathil, yang tamat S3 bidang sosiologi dan S2 bidang hukum, bersedia berbicara dengan UCA News. Namun ia menegaskan bahwa publisitas menciptakan musuh-musuh yang tidak perlu. "Saya telah menghindari publisitas dengan sangat baik, tanpa ada masalah apa pun," katanya. Ia sedang mempersiapkan karya sosial di ruang keluarga di rumah kontrakannya yang luasnya dua kali lipat dari kantornya.
"Ia adalah imam paling sederhana yang pernah saya jumpai sepanjang hidup saya," kata Pastor Xavier Manjooran SJ. Rumah kontrakan, pakaian yang sudah terkoyak-koyak, dan makanan murah menunjukkan ini semua.
Oleh Binu Alex
mirifica.net
|