Warga Filipina Antar Kardinal Jaime Sin ke Peristirahatan Terakhir
"Mengapa kita mendengarkan suara Kardinal Sin? Jawabannya sederhana: Kita mendengar Tuhan melalui suaranya," kata Uskup Socrates Villegas
Wednesday, Jun. 29, 2005 Posted: 8:36:44PM PST
|
(AFP/Joel Nito) |
Ribuan warga Filipina memberikan salam perpisahan terakhir pada hari Selasa kemarin kepada almarhum Kardinal Katolik Roma Jaime Sin, seoranh pemimpin rohani yang dikasihi bangsanya. Ia telah memimpin bangsa itu mengadakan dua protes besar-besaran untuk menggulingkan dua presiden yang korup.
Peti mati Sin, yang dililit dengan bendera Filipina, bergerak perlahan-lahan di kereta kuda yang dipenuhi bunga putih di lapangan di luar Katedral Manila, diikuti oleh para uskup. Polisi memperkirakan sekitar 20.000 orang berkerumun pada pemakaman itu.
Setelah sebuah misa pemakaman, Sin ditempatkan di persitirahatan terakhirnya di Pemakaman Katedral Manila, yang mana uskup-uskup Filipina sebelumnya juga dibaringkan.
Kardinal Sin wafat pada hari Selasa minggu kemarin karena komplikasi akibat masalah ginjal dan diabetes. Ia berumur 76 tahun.
Sin, salah satu pemimpin rohani yang paling terkenal reputasinya, dikenal karena suara vokalnya mengenai hal-hal dari ketidak-adilan, kemiskinan, pengendalian kelahiran, perang AS di Irak, sampai politik. Dilihat sebagai kompas moral di negara yang mayoritas Katolik itu, ia pernah meminta maaf atas pengabaian gereja kepada orang miskin.
"Mengapa kita mendengarkan suara Kardinal Sin? Jawabannya sederhana: Kita mendengar Tuhan melalui suaranya," kata Uskup Socrates Villegas, dalam homilinya.
"Ia adalah suara kita," kata Kardinal Ricardo J. Vidal. "Ia membimbing kita kemana kita ingin pergi."
Uskup Agung Fernando Capalla, kepala dari Konferensi Uskup-uskup se-Filipina menyatakan, Sin telah meninggalkan sebuah tugas yang belum selesai dalam kesatuan dan rekonsiliasi bangsa.
Presiden Gloria Macapagal Arroyo, yang terus mencari nasihat Sin walaupun Sin pensiun sejak November 2003, berpakaian hitam, demikian juga mantan presiden Corazon Aquino. Pada satu momen, katedral dipenuhi oleh tepuk tangan untuk menghormati sang kardinal.
Sandra Pasaribu
|