Sistem Pendidikan Malaysia Bangkitkan Perpecahan Rasial
International Herald Tribune memuat artikel mengenai trend sekolah di Malaysia sekarang yang jelas menunjukkan perpecahan masyarakatnya
Thursday, Jun. 9, 2005 Posted: 7:48:46PM PST
International Herald Tribune memuat artikel mengenai trend sekolah di Malaysia sekarang yang jelas menunjukkan perpecahan masyarakatnya. Dulu hampir semua orang tua berlomba memasukkan anaknya ke sekolah dasar pemerintah, karena jaminan pendidikan baik. Selain itu sekolah pemerintah juga multi-budaya, pendidikan diberikan dalam bahasa Inggris. Tetapi situasi berubah setelah kerusuhan rasial tahun 1969.
Warga Malaysia sekarang harus memutuskan bahasa pendidikan anak-anak mereka, apakah bahasa Melayu, bahasa Mandarin, bahasa Inggris atau bahasa Tamil. Banyak orang tua mengeluh kualitas sekolah pemerintah turun drastis dan terlalu berorientasi Islam. Banyak yang mengirim anaknya ke sekolah-sekolah Cina yang jauh lebih mahal, karena tidak mendapat subsidi pemerintah. Menurut Tribune, perbedaan rasial dan kebijakan pemerintah satu sistim pendidikan berbahasa Melayu, membuat pilihan sekolah berubah menjadi medan ranjau.
Tribune melanjutkan, secara tidak langsung tiap orang tua harus menjawab pertanyaan apa identitas Malaysia, apa ciri khas orang Malaysia dan siapa orang Malaysia? Banyak orang beranggapan identitas Malaysia terdiri atas berbagai budaya dan bahasa yang sederajat. Keretakan mulai terasa karena banyak warga yang bukan keturunan Melayu merasa didiskriminasi. Selain itu banyak murid mengeluh, guru agama Islam di sekolah sering menjelek-jelekkan agama lain dan membedakan murid dalam dua kubu Islam serta non-Islam, yang dianggap suatu sikap yang menghancurkan rasa persatuan.
Perdana Menteri Abdullah Badawi yang menolak subsidi kepada sekolah-sekolah berbahasa lain, dengan alasan tidak membantu integrasi nasional, dikecam keras warga keturunan non-Malaysia. Banyak pakar politik menyatakan, kebijakan memecah-belah ini mencerminkan agenda Partai pemerintah UMNO, yang ingin mengangkat warga keturunan Melayu dan bahasa Melayu, sementara warga atau bahasa lain menduduki tempat kedua.
Eva N.
|