Raja Abdullah menerima seorang pemimpin agama Kristen di markas besar BB di New York Kamis (13/11). (Foto: Dok)
Para pemimpin dunia telah mengakhiri sebuah konferensi besar PBB tentang hubungan antar agama dengan menolak segala tindakan terorisme dan kekerasan melawan penduduk sipil dengan mengatasnamakan agama.
Dalam deklarasi yang dibacakan oleh Sekretariat Jenderal PBB Ki-moon Kamis (13/11) lalu,”para pemimpin negara yang hadir juga memperkuat pernyataan tersebut dengan tegas menyatakan sikap penolakan mereka terhadap penggunaan agama untuk membenarkan pembunuhan terhadap orang yang tidak berdosa dan aksi terorisme, kekerasan dan pemaksaan, yang mana secara langsung telah melanggar komitmen semua agama bagi kedamaian, keadilan dan kesetaraan.”
Konferensi dua hari tersebut di New York menghadirkan 14 kepala negara yang ikut ambil bagian dalam dialog antar agama tingkat internasional antar agama-agama di dunia yang diprakarsai oleh Raja Abdullah dari Arab Saudi guna mengatasi masalah perpecahan agama dan mempererat hubungan damai antar agama-agama di dunia.
Melalui penterjemahnya, raja Saudi menyerukan penolakan terhadap terorisme.
"Terorisme dan kriminalitas merupakan musuh bagi setiap agama dan peradaban di dunia,”katanya. Kemunculan mereka tidak lain hanyalah untuk menimbulkan kekecewaan terhadap asas-asas toleransi yang ada.”
Menteri Luar Negeri Arab Saudi Saud Al-Faisal mengatakan kepada para wartawan, meskipun demikian, tidaklah serta merta terjadi perubahan tiba-tiba di Saudi Arabia, suatu negara yang mana para penduduknya merupakan pengikut aliran keras Islam yang dikenal dengan nama Wahhabism yang melarang kesetiaan umum terhadap agama lainnya.
"Jika anda mengumpulkan semua orang secara bersama-sama maka mereka akan mengerti bahwa mereka memiliki etnis yang sama, mereka memiliki kesamaan nilai, hal ini akan membukakan hati dan pikiran orang untuk dapat mencapai suatu perkembangan,”ujar Saud kepada wartawan. “Akan tetapi untuk megatakan dari awal bahwa anda harus lebih dahulu merubah diri anda menjadi sesuatu yang anda tidak ketahui sebelumnya atau yang lain dapat tercapai jika, saya memikirkan, dan menerapkan pendapat tersebut lebih jauh lagi.”
Ban menekankan tentang apa yang diperlukan oleh umat beragama guna menemukan dasar umum.
"Raja Abdullah berpendapat untuk dengan segera melakukan pertemuan jika diperlukan dialog antar umat beragama, kebudayaan, dan masyarakat yang mana hal tersebut lebih penting dari apa pun,”Ban mengatakan hal tersebut dalam sebuah konferensi pers. “Tantangan yang ada saat ini adalah bagaimana dapat melakukannya dengan bergantung pada kekuatan kata-kata positif yang pernah kita dengar.”
Konferensi tersebut juga mencapai suatu kemajuan yang jarang terjadi dimana raja Arab Saudi dan Presiden Israel Shimon Peres berada bersama dalam satu ruangan, meskipun satu sama lain tidak saling berbicara secara langsung.
Dalam konferensi tersebut, tambah Ban, “menghadirkan secara bersama orang-orang yang mungkin tidak memiliki kesempatan untuk dapat saling berinteraksi satu sama lain.”
"Bersama dengan beberapa gagasan lainnya, semuanya itu akan memberikan kontribusi guna membangun dunia yang lebih harmonis lagi,”tambahnya.
Presiden AS George W. Bush menyampaikan apa yang menjadi harapan terakhirnya terhadap PBB selaku presiden pada Kamis lalu, bahwa dia menolak penggunaan agama untuk pembenaran terhadap terorisme dan tindak kekerasan guna memerangi orang lain.
"Kita percaya Tuhan memanggil kita untuk hidup dengan damai-dan untuk menentang semua yang menggunakan nama-Nya untuk membenarkan tindak kekerasan dan pembunuhan,”ujarnya.
Dia juga menambahkan bahwa kebebasan beragama merupakan suatu hal yang sangat penting guna mengatasi ekstrimisme.
"Orang yang dapat dengan bebas mengungkapkan pendapat mereka dapat menantang ideologi tentang kebencian,”ujarnya. “Mereka dapat melakukan pembelaan terhadap agama yang mereka percayai dan dengan tegas berbicara menentang pihak yang berusaha untuk memilin mereka untuk tujuan akhir kejahatan. Mereka juga dapat melindungi anak mereka untuk tidak jatuh pada pengaruh ekstrimisme dengan cara memberikan pilihan yang lebih penuh harapan.
Dua orang pakar, seorang Kristiani dan yang satunya adalah penganut Muslim yang taat, keduanya menyatakan khawatir terhadap perkembangan sebuah rencana pembangunan untuk pertama kalinya ...