Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak (Mat 5 : 37).
Search
Arsip Berita
Web
 
Advanced Search
Enhanced by
Home
Arsip
Dunia
Gereja
Ministri
Misi
Pendidikan
Budaya
Masyarakat
Arsip
NGO
Kasus Pengadilan
Etika & Hak
Agama
Bangsa
Hidup
Editorial
Customer Service
Info Iklan
Media Kit
Bookmark
Interaktif
Hubungi Kami
Kristiani Pos
Tentang Kami
Syarat dan Kondisi
Administrasi
 
 
Home > Society  > Nation
 

25 Warga Gereja Jabotabek Hadiri Seminar Kewaspadaan Media

Tuesday, Sep. 28, 2004 Posted: 10:26:54PM PST

Jakarta -- Sebanyak 25 warga gereja-gereja di Jabotabek mengikuti Seminar Sehari Kewaspadaan Media “Kekerasan dan Tahyul di Layar Kaca" di Balai Latihan Yakoma PGI, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Seminar diselenggarakan oleh Yakoma PGI dengan tujuan antara lain untuk memampukan peserta mewaspadai sajian media, khususnya televisi, dan mendorong gereja untuk mempersiapkan warganya menjadi pengguna media yang kritis.

Selama ini, masyarakat pemirsa dari pagi hingga malam terus dijejali dengan tayangan-tayangan tahyul yang diramu dengan kekerasan. Di era Orde Baru, tayangan-tayangan tahyul cenderung dibatasi, namun di era Reformasi nampaknya stasiun-stasiun TV seperti berlomba-lomba menayangkan serial tahyul. Seandainya tayangan kekerasan dan tahyul tidak diminati masyarakat kita, pasti sudah lama lenyap tayangan itu dari layar televisi. Tetapi, faktanya tayangan-tayangan itu muncul setiap hari. Artinya, pemirsa ternyata menggemari sesuatu yang berbau tahyul, mistik dan setan serta adegan-adegan kekerasan.

Keadaan ini memprihatinkan. Seorang pakar mengatakan, tayangan-tayangan tahyul yang terbungkus adegan kekerasan sungguh membodohkan masyarakat. Masyarakat yang seharusnya didorong untuk bertindak berdasarkan akal sehat atau rasionalitas kini digiring untuk lebih mempercayai tahyul, mistik, atau hantu. Ini baru tahyul dan kekerasan di layar kaca, belum terhitung dalam komik-komik atau novel-novel. Dalam situasi seperti itu, gereja-gereja dituntut untuk mempersiapkan warganya menjadi pengguna media yang kritis, yang mampu mewaspadai pesan-pesan media. Gereja-gereja juga ditantang untuk memanfaatkan media yang dimilikinya untuk menyebarluaskan kewaspadaan media.

Para peserta seminar antara lain berasal dari GKI Seroja, GKI Kav. Polri, HKI Pulomas, GPIB Eklesia, RS PGI Cikini, GMIST Zaitun dan PMK HKBP. Mereka saling bertukar pengalaman mengenai pengaruh tayangan tahyul dan kekerasan terhadap anggota keluarga mereka. Sebagai fasilitator, Markus Rani, STh, mantan redaktur Harian Suara Pembaruan Jakarta, menguraikan bagaimana redaksi suatu surat kabar mempersiapkan dan mengemas pesan-pesan untuk media cetak yang juga tidak jauh berbeda dengan persiapan tayangan televisi.

Yakoma




 
Dari Society  
Poso Mencekam Lagi, Dua Siswi Ditembak di Jalan
Di tengah ketatnya penjagaan aparat keamanan pascapembunuhan terhadap tiga siswi SMA Kristen Poso, Sabtu (29/10) lalu, kekerasan bersenjata kembali terjadi di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Hari Selasa ...... | more
E-mail
Print-friendly version
Headlines Hari ini
  Thursday, Nov. 10 2005 7:41:02PM PST
Indonesia Suram Tanpa Pluralisme
Gereja Se-Indonesia Bahas Penutupan Tempat Ibadah
Pra Sidang Raya Dewan Gereja se-Dunia Akan Digelar di Sulut
Konsultasi Nasional Gereja-gereja di Indonesia Digelar
TPKB Minta SKB Serta Revisinya Dicabut [Photo]
Terpopuler
Terjadinya Penganiayaan Anak Kecil di Gereja Pondok Daud Dibantah
Sidney Mohede:Belajar dari Billy Graham
Penembokan Sekolah Sang Timur
Gus Dur Meminta Walikota Tangerang Memberikan Izin Membangun Gereja
Pelayan Lintas Waktu dan Ruang