Indonesia Suram Tanpa Pluralisme
Berdasarkan kajian Link dan Jaringan Doa Nasional total gereja yang dirusak dan ditutup oleh massa di seluruh Indonesia sejak 1996-2004 berjumlah 701
Thursday, Nov. 10, 2005 Posted: 10:30:39AM PST
Masa depan Indonesia tanpa pluralisme merupakan potret suram yang menjadi hantu menakutkan bagi kelompok minoritas di Indonesia. Karena itu, konsepsi mayoritas dan minoritas yang 60 tahun dengan sengaja dikumandangkan negara harus dihapuskan. Jika kelompok minoritas karena agama, etnis, dan budaya dilarang untuk tumbuh dan berkembang maka tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara akan hancur.
Demikian pesan Konperensi Nasional Gereja-gereja se Indonesia yang dilaksanakan di Jakarta, Rabu (9/11). Konperensi diselenggarakan oleh sejumlah organisasi gereja-gereja nasional yang berada di bawah Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), Persekutuan Injili Indonesia (PII), Jaringan Doa Nasional dan organisasi gereja lainnya, Suara Pembaruan memberitakan.
Menurut Ketua Umum PGI AA Yewangoe, Rabu (9/11), lewat konperensi ini diharapkan mampu menyuarakan pesan-pesan perdamaian dan seruan untuk menghentikan aksi penutupan gereja sebagai satu gerakan moral guna membangun masa depan Indonesia baru, di mana tidak ada lagi orang menjadi minoritas karena agama, etnis, ras dan kondisi sosial politik.
"Masalah perizinan memang masih menjadi hambatan bagi pengembangan gereja. Upaya yang dilakukan oleh pihak gereja untuk mendapat perizinan terbentur dengan peraturan pemerintah dan lingkungan masyarakat sekitar gereja yang belum toleran terhadap gereja. Karena itu, diharapkan lewat konperensi ini ditemukan solusi terbaik bagi gereja untuk dapat melakukan pembinaan umatnya dengan tenang dan damai," papar Yewangoe
Berdasarkan kajian Link dan Jaringan Doa Nasional total gereja yang dirusak dan ditutup oleh massa di seluruh Indonesia sejak 1996-2004 berjumlah 701. Jumlah gereja yang paling banyak dirusak dan ditutup ada di Provinsi Jawa Barat yaitu 218 gereja, di Maluku 181 gereja, Jawa Timur 137 gereja, dan Jawa Tengah 71 gereja.
Sementara itu tokoh Papua Karel Phil Erari mengatakan, bangsa Indonesia saat ini membutuhkan tokoh-tokoh nasionalis sejati, seperti Gus Dur, Syafii Maarif dan Sri Sultan Hamengkubuwono X yang secara konsisten dan terus menerus mengingatkan bangsa Indonesia sebagai negara yang harus menghormati dan menerima pluralisme sebagai warisan sejarah dan buaya bangsa.
"Umat Kristen Papua menitipkan pesan, tidak ada masa depan negara kesatuan RI jika hak-hak dasar minoritas baik karena agama dan etnis serta ras terancam dan tidak dilindungi oleh mayoritas penduduk Indonesia," ucap Karel.
Konferensi itu dihadiri sekitar 400 gembala sidang, ketua sinode dan tokoh-tokoh Kristen dan berlangsung mulai hari ini hingga 12 November mendatang.
Sandra Pasaribu
|