Hadiri Perayaan Natal Nasional, Presiden Imbau Utamakan Pendekatan Kasih Sayang
Peringatan Natal Nasional Digelar di Jakarta Convention Center, Selasa (27/12) malam.
Wednesday, Dec. 28, 2005 Posted: 8:32:07PM PST


|
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ani Yudhoyono pada perayaan Natal Nasional di Jakarta Convention Center (JCC) Selasa, 27 Desember 2005, di Jakarta. |
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengimbau semua pihak mengutamakan pendekatan damai dan kasih sayang serta pendekatan demokratis dalam menyelesaikan persoalan termasuk konflik dan permasalahan keamanan.
"Saya percaya jalan itu lebih mulia, sering kali lebih berhasil, tidak menimbulkan korban jiwa atau korban-korban lain yang tidak kita kehendaki," kata Yudhoyono dalam perayaan Natal Nasional di Jakarta Convention Center, Selasa (27/12) malam.
Dalam acara tersebut Presiden didampingi Ibu Ani Bambang Yudhoyono, Menteri Agama Maftuh Basyuni, Menteri Perdagangan Mari Pangestu sebagai Ketua Panitia serta perwakilan negara sahabat.
Dalam pidatonya, Presiden Yudhoyono berkali-kali menekankan pentingnya persaudaraan dan perdamaian, yang diharapkan menjadi modal dasar menyelesaikan berbagai persoalan bangsa saat ini.
Ia mengatakan, perayaan Natal bermakna khusus bagi umat Kristiani karena pada malam Natal Yesus Kristus lahir membawa perdamaian bagi seluruh umat manusia. Karena itu, dunia yang diidamkan adalah dunia yang bebas dari konflik dan penuh perdamaian.
"Kita tidak boleh membiarkan sejarah umat manusia dipenuhi dengan pertikaian, konflik, dan kekerasan yang berada di luar batas perikemanusiaan," kata Yudhoyono di hadapan sekitar 7.000 hadirin.
"Umat Kristiani dan umat beragama lain di Indonesia, bagian tak terpisahkan dari elemen bangsa secara keseluruhan. Sebab itu, umat Kristiani mempunyai tanggung jawab bersama dalam berjuang membangun bangsa," tuturnya.
Presiden juga meyampaikan imbauan agar dalam mengatasi permasalahan global, semua pihak tidak menggunakan "hard power" tapi lebih menekankan pada kekuatan "soft power".
"Marilah bangsa-bangsa di dunia menempuh jalan yang lebih damai, tidak menggunakan 'hard power', kita gunakan 'soft power'. Inilah ajakan saya untuk secara bersama-sama mewujudkan dunia yang lebih damai dan sejahtera," katanya.
Dalam kesempatan tersebut presiden juga meyampaikan harapan agar para tokoh agama tidak berhenti mendalami teks-teks keagamaan, sejalan dengan azas-azas serta penafsiran yang dianut oleh agama masing-masing.
"Kita sungguh sedih dan berduka jika teks keagamaan yang suci, yang berisikan pesan-pesan kemanusiaan yang dalam disalahtafsirkan oleh sebagian kecil umat-Nya sehingga akhirnya menodai ajaran agama yang bersangkutan," katanya.
Menghadapi kenyataan tersebut, Presiden menyampaikan ajakan kepada seluruh umat beragama untuk senantiasa membimbing umat agama masing-masing untuk memahami ajaran agama yang benar dan untuk menjalani kehidupan yang benar dan tidak tersesat.
Ketua Umum Panitia Perayaan Natal Nasional Mari Elka Pangestu mengatakan, perayaan Natal kali ini bukan saja oleh umat Kristiani, tetapi juga melibatkan umat beragama lain.
"Natal kali ini dan tahun berikutnya berbeda dengan Natal sebelumnya karena kepekaan dan solidaritas lebih tinggi setelah menyaksikan musibah bencana alam tsunami. Sekarang saatnya membangun cara berpikir baru, sikap baru, dan cara berperilaku baru untuk membangun kembali Indonesia," kata Mari.
Next Page: 1 | 2 |
Sandra Pasaribu
|