Nilai-nilai Agama Adalah Alternatif Untuk Memecahkan Masalah Yang Sedang Dialami Bangsa Indonesia
Thursday, Aug. 26, 2004 Posted: 3:53:26PM PST
Cawapres dari PDIP KH Achmad Hasyim Muzadi mengemukakan, kembali kepada nilai-nilai agama adalah alternatif untuk memecahkan masalah rumit yang sedang dialami bangsa Indonesia saat ini.
"Agama-agama yang ada ini perlu dinaikkan nilainya, bukan penampilan yang formalitas. Nilai-nilai agama itu intinya adalah moral," katanya pada acara dialog interaktif yang diselenggarakan Forum Rektor Indonesia (FRI) di Surabaya, Rabu.
Ketua Umum PBNU nonaktif itu menjelaskan, kalau nilai-nilai agama itu sudah menyinari perjalanan sistem pemerintahan di Indonesia, maka moral akan mengisi sistem itu, termasuk praktek hukum yang kini juga bermasalah.
Pada kesempatan itu, ia mengemukakan bahwa siapapun yang menjadi presiden dan wapres mendatang pasti akan memikul beban tugas yang sangat berat dan pelik, termasuk yang dihadapi presiden saat ini.
"Berat dan pelik karena banyak relung-relungnya dan satu sama lain saling ada keterkaitan. Karena itu tidak mungkin masalah bangsa ini diselesaikan sendiri, tanpa kebersamaan seluruh komponen," kata pengasuh Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Hikam, Malang itu.
Diantara masalah yang dihadapi pemerintah itu adalah susunan pembantu presiden yang cenderung akan menimbulkan disintegrasi kabinet kalau menganut pola pelangi. Seorang menteri akan menampilkan loyalitas ganda antara presiden dengan pimpinan partainya.
"Untuk itu yang diperlukan adalah satu langkah meskipun masuknya ke kabinet dengan cara pelangi. Kondisi seperti inilah yang akan dihadapi presiden dan wapres mendatang, padahal rakyat sudah menganggap bahwa presiden dan wapres adalah segala-galanya," ujarnya.
Sementara itu guru besar ilmu sosial politik dari Unair, Prof Dr Hotman Siahaan pada acara yang dipandu mantan Rektor Ubaya, Anton Priyanto itu mengemukakan, saat ini rakyat Indonesia sedang mengalami situasi gamang.
"Salah satu yang dihadapi masyarakat kita adalah krisis keteladanan. Tokoh-tokohnya tidak bisa lagi menuturi rakyatnya, bahkan rakyat cenderung menarik dukungan pada tokoh itu," katanya.
Karena itu sesuai dengan pendapat Hasyim Muzadi, katanya, saat ini diperlukan tokoh agama untuk mengatasi krisis dengan cara mengajak pertobatan religius yang menempatkan agama untuk menyelamatkan bangsa dan bukan ritual fundamentalis.
"Saat ini kita ini kehilangan tokoh kenegarawanan. Kita hanya mengenal negarawan Soekarno dan Hatta, setelah itu tidak ada lagi. Meskipun demikian kita berharap ke depan jangan ada praktek demokrasi rente, yakni untuk mencari keuntungan kelompoknya sendiri," ujarnya.
Sementara Rektor ITS Prof Dr Muhammad Nuh juga berharap agar pasangan Megawati-Hasyim Muzadi serta pasangan SBY-Jusuf Kalla memberikan keteladanan bagi rakyat.
"Saya sebagai anak muda ingin melihat keteladanan para pemimpin kita siapapun yang jadi nanti. Kerinduan kebersamaan dalam berkompetisi adalah kerinduan anak muda, kerinduan kita bersama," kata lelaki yang sekitar satu minggu mendapat gelar profesor itu. (Ant/O-1)
|