Pekerja Gereja Merencanakan Pos Pelayanan Kemanusiaan
Thursday, Aug. 26, 2004 Posted: 3:53:26PM PST
Maumere, NTT -- Tim Relawan Untuk Kemanusiaan Flores (TRUK-F) yang dipimpin para pekerja Gereja berencana membuka pos pelayanan kemanusiaan untuk membantu orang-orang yang dievakuasi akibat letusan Gunung Egon baru-baru ini di Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Suster Eustochia Monika Nata SSpS, Ketua Divisi Perempuan TRUK-F mengatakan kepada UCA News 1 Agustus, ia dan para pekerja memperkirakan bahwa situasi ini akan memburuk. "Kami akan membuka pos pelayanan kemanusiaan" untuk warga Desa Egonhagar, katanya, "khususnya anak-anak, perempuan, dan orang lanjut usia."
Gunung Egon setinggi 1.700 meter itu mulai meletus pada Januari, disusul sejumlah letusan susulan pada 3, 7, dan 25 Juli. Letusan-letusan ini menyemburkan asap tebal berbau belerang dan debu panas ke desa-desa sekitar. Menurut data seismik 1 Agustus, 80 letusan kecil terjadi sejak 25 Juli.
Suster Nata mengatakan, pembukaan pos pelayanan kemanusiaan di lereng gunung itu perlu "untuk memberi makanan, obat-obatan, selimut, dan sebagainya kepada warga desa."
Egonhagar terletak 45 kilometer timur Maumere, ibukota Kabupaten Sikka. Menurut data 2003, Desa Egonhagar saat itu memiliki 243 kepala keluarga yang terdiri atas 1.227 orang. Letusan-letusan yang terjadi awal Juli memaksa mereka untuk berevakuasi sejauh tiga kilometer barat Natarkoli, sebuah desa "aman" di lereng gunung itu.
"Dalam kondisi seperti ini, kami harus memberi bantuan kemanusiaan kepada warga Desa Egonhagar yang berevakuasi ke Desa Natarkoli," kata Suster Nata.
Penduduk Flores mayoritas beragama Katolik, begitupun kebanyakan anggota TRUK-F di pulau itu.
Sementara itu, Kepala Sekolah Dasar Katolik (SDK) Lere di Desa Egonhagar mengungkapkan keprihatinan bahwa para siswanya tidak akan bisa melanjutkan kegiatan belajar mereka. Ini mempengaruhi 207 siswa lama dan sekitar 100 siswa baru, kata Yulius Satu.
"Kegiatan belajar-mengajar di beberapa bagian lain di Kabupaten Sikka telah dimulai kembali sejak 19 Juli, tapi para siswa SDK Lere tidak bisa melanjutkan kegiatan belajar-mengajar karena mareka masih berada di pusat-pusat evakuasi di Desa Natarkoli," katanya. Ditambahkan, semua 10 guru SDK Lere juga telah dievakuasi.
Ia melaporkan bahwa Yayasan Sekolah Katolik dari Kevikepan Maumere, bagian dari Keuskupan Agung Ende, menginformasikan kepada dia bahwa yayasan akan mengirim sebuah tim peninjau untuk mempersiapkan langkah-langkah darurat guna membantu para siswa yang dievakuasi ke Desa Natarkoli.
Sebelum mengirim tim itu, Pastor Kanisius Mbani, Ketua Yayasan Sekolah Katolik, mengatakan kepada UCA News, ia ingin melanjutkan kegiatan belajar-mengajar untuk para siswa SDK Lere di Desa Natarkoli sesegera mungkin, dengan menggunakan gedung sekolah Katolik setempat.
"Kami akan mengatur para siswa yang dievakuasi dari Lere untuk melakukan kegiatan belajar-mengajar pada sore hari, seusai jam sekolah pagi dari SDK Natarkoli," katanya.
Orang lain yang tinggal di Desa Blidit, Hoder, Likot, Nangatobong, dan Wairterang juga terpengaruh oleh letusan itu.
Pemerintah Kabupaten Sikka memutuskan pada pertemuan 26 Juli untuk mengevakuasi masyarakat ke Desa Patiahu, Talibura, dan Waigete, 46 kilometer timur Maumere. Sejauh ini, 257 kepala keluarga atau 1.181 orang telah dievakuasi.
Next Page: 1 | 2 |
|