Banjir Bandang dan Tanah Longsor Landa Aceh Tenggara
Banjir bandang menghancurkan lima desa di Kutacane, Kabupaten Aceh Tenggara, Nanggroe Aceh Darussalam. Ratusan rumah penduduk luluh lantak diterjang lumpur bercampur batu dan kayu
Thursday, Oct. 20, 2005 Posted: 10:17:32AM PST


|
Para penduduk membawa barang-barang mereka melalui jalan yang dipenuhi lumpur setelah banjir bandang melanda Kutacane. Setidaknya lima orang menjadi korban dan memaksa puluhan ribu orang mengungsi. (AFP/Kusnandar) |

|
Berdasarkan laporan sementara reporter SCTV, banjir bandang di Kutacane menewaskan lima orang dan melukai 26 warga lainnya. Empat korban tewas saat ini sudah dievakuasi sementara seorang lain masih dicari. (SCTV) |
Banjir bandang menghancurkan lima desa di Kutacane, Kabupaten Aceh Tenggara, Nanggroe Aceh Darussalam. Ratusan rumah penduduk luluh lantak diterjang lumpur bercampur batu dan kayu. Sedikitnya lima orang meninggal dan 26 lain luka-luka. Jumlah korban ini berasal dari dua desa di Kecamatan Simpang Semadam. Belum diketahui jumlah korban di tiga desa lain hingga Rabu (19/10) petang. Yang pasti, sekitar 10 ribu penduduk mengungsi.
Berdasarkan pantauan sebuah stasiun televisi dari udara, sebagian besar jalan masih tertutup lumpur cukup tebal hingga siang tadi. Kawasan permukiman di lima desa tak ubahnya seperti daerah aliran sungai. Sekitar 400 rumah warga rusak. Jalan utama yang menghubungkan Kutacane dengan Medan, Sumatra Utara juga belum bisa dilalui kendaraan roda empat.
Kondisi pengungsi sangat memprihatinkan. Mereka tak sempat menyelamatkan barang berharga karena banjir melanda saat mereka sedang bersiap untuk tidur. Dengan bekal seadanya, penduduk berjalan di bawah rintik hujan menuju kota yang lebih aman untuk menyelamatkan diri. Satu di antara lokasi tujuan mereka adalah tenda darurat Pemerintah Kabupaten Kutacane yang menyediakan bantuan bahan makanan serta obat-obatan.
Bupati Aceh Tenggara Armen Desky menyatakan, jumlah korban tewas adalah empat orang. Sedangkan yang dirawat di RSU Saudin ada 30 orang. Dia juga mengklaim sudah mengevakuasi warga di lima desa dan para pengungsi ditampung di Lapangan Terbang Alas, Leuser, Gelanggang Olahraga Kutacane, dan sekitar Markas Kepolisian Sektor Bukit Tusam. "Mereka ada sekitar 600 KK (kepala keluarga)."
Sementara itu, Menteri Negara Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar mengakui kemungkinan pejabat di lapangan mengabaikan instruksinya untuk menutup area hutan lindung dari penebangan liar menyebabkan banjir tersebut. Ia berjanji akan menindak tegas pengusaha hutan yang terbukti melanggar perintahnya dan meminta bupati maupun gubernur setempat ikut berperan dalam menindak pelaku pembalakan liar.
Sedangkan Lembaga swadaya masyarakat Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) mengatakan, ada praktik pembalakan liar di kawasan hutan lindung tersebut. Ironisnya wilayah itu masuk dalam Taman Nasional Gunung Leuser yang seharusnya dilindungi.
Tahun ini, Kabupaten Aceh Tenggara sudah dua kali diterjang banjir bandang. Sebelumnya, banjir besar menerjang Desa Lawe Gerger dan Lawi Mengkudu, Kecamatan Badar, 30 kilometer dari Kutacane. Musibah ini menewaskan 15 orang, belasan lainnya dirawat di rumah sakit setempat dan puluhan lainnya hilang. Terjangan air bah pada akhir April silam itu turut mengakibatkan arus lalu lintas darat Banda Aceh-Medan terputus.
Sementara itu, HKBP melaporkan bahwa jemaat HKBP Simpang Semadam yang terdata 64 KK, dua orang tewas yang sudah ditemukan. Kerugian ditaksir kira-kira 2,5 miliar rupiah, sedangkan pagar tembok Gereja HKBP Simpangsemadam rubuh.
Maria F.
|