Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak (Mat 5 : 37).
Search
Arsip Berita
Web
 
Advanced Search
Enhanced by
Home
Arsip
Dunia
Gereja
Ministri
Misi
Pendidikan
Budaya
Masyarakat
Arsip
NGO
Kasus Pengadilan
Etika & Hak
Agama
Bangsa
Hidup
Editorial
Customer Service
Info Iklan
Media Kit
Bookmark
Interaktif
Hubungi Kami
Kristiani Pos
Tentang Kami
Syarat dan Kondisi
Administrasi
 
 
Home > Society  > Nation
 

Pemerintah Gagal Buktikan Relevansi Negara

Ketika berbicara dalam seminar mengenang 100 tahun tokoh nasional Dr J Leimena dua pekan lalu, Dr Tamrin Amal Tomagola menyebutkan bahwa nasionalisme di Indonesia ini serba terlambat

Monday, Oct. 10, 2005 Posted: 3:40:58PM PST

Ketika berbicara dalam seminar mengenang 100 tahun tokoh nasional Dr J Leimena dua pekan lalu, Dr Tamrin Amal Tomagola menyebutkan bahwa nasionalisme di Indonesia ini serba terlambat. Terlambat dalam arti, negara-negara yang merdeka setelah perang dunia kedua, kesatuannya yang terbentuk lebih sebagai kesatuan jejak kolonial.

Misalnya saja, negara-negara di Afrika dipenggal-penggal menurut siapa yang pernah menjajahnya. Hal yang sama terjadi di wilayah Timur Tengah. Jadi, nasionalisme yang terjadi bukan sebuah proses hubungan yang muncul dari interaksi sosial budaya dari dalam secara kuat, melainkan diimpor dari Barat. Tidak heran kalau ada sebagian pakar yang mengatakan bahwa nasionalisme seperti sudah usang.

Para pendiri bangsa ini pun mengimpor gagasan nation-state dari Barat. Karena itu, founding father kita yang berpendidikan Barat itu juga mengambil alih gagasan nasionalisme untuk membungkus semua keragaman yang begitu tinggi di wilayah Nusantara ini. Pada saat yang sama, nasionalisme itu juga disertai keinginan mewujudkan fungsi negara. Eksistensi negara idealnya diperlukan dalam kerangka menjaga dan membela kepentingan rakyat yang tidak berdaya terhadap pemilik modal asing. Negara dapat melakukan bargaining kepada pemilik modal asing agar menghasilkan kebijakan yang tidak menyakitkan dan memelaratkan rakyatnya. Apalagi dalam modal itu, dengan logika kapitalnya, tidak punya belas kasihan kepada siapa pun. Jika modal mau mengeksploitasi dan menerobos suatu wilayah, dia akan ambil keuntungan sebesar-besarnya, tak peduli dengan kesejahteraan rakyat.

"Di sinilah saya kira negara masih dibutuhkan menjadi pengawal dan pembela rakyatnya di dalam tarikan kepentingan regional maupun internasional atas nama satu kesatuan politik. Meskipun dalam praktiknya di Indonesia," negara tidak menjalankan fungsi itu, ujar sosiolog Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia ini.

Tamrin tetap percaya bahwa negara bisa dipergunakan untuk melindungi rakyat. Itu sebabnya, institusi negara tetap diperlukan meskipun ada problem dengan nasionalisme yang dipaksakan.

"Ya, negara masih mempunyai fungsi untuk membela kepentingan rakyat, yang paling tidak berdaya terhadap pemilik modal-modal asing. Negara menjadi benteng terakhir untuk melakukan bargaining yang tidak terlalu menyakitkan dan memelaratkan masyarakat."




Nofem Dini

 
Dari Society  
Poso Mencekam Lagi, Dua Siswi Ditembak di Jalan
Di tengah ketatnya penjagaan aparat keamanan pascapembunuhan terhadap tiga siswi SMA Kristen Poso, Sabtu (29/10) lalu, kekerasan bersenjata kembali terjadi di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Hari Selasa ...... | more
E-mail
Print-friendly version
Headlines Hari ini
  Friday, Nov. 11 2005 4:07:36PM PST
Tokoh Gereja: Posisi Tawar Umat Kristen Rendah
Kelompok Teroris Diduga Sedang Merancang Teror Malam Natal
Gereja Se-Indonesia Bahas Penutupan Tempat Ibadah
Pdt Damanik Minta Inggris Tekan RI
TPKB Minta SKB Serta Revisinya Dicabut [Photo]
Terpopuler
Terjadinya Penganiayaan Anak Kecil di Gereja Pondok Daud Dibantah
Sidney Mohede:Belajar dari Billy Graham
Penembokan Sekolah Sang Timur
Gus Dur Meminta Walikota Tangerang Memberikan Izin Membangun Gereja
Pelayan Lintas Waktu dan Ruang