Tokoh Agama Nilai Sistem Keamanan Nasional Tidak Canggih
Wednesday, Oct. 5, 2005 Posted: 10:47:48AM PST
Sejumlah tokoh agama merasa prihatin dan mengutuk aksi terorisme ke dua yang terjadi di Bali. Mereka menilai perbuatan tersebut jelas melawan kemanusiaan, aksi ini menunjukan para pelaku teror dan pengeboman tidak beragama dan tidak ber Tuhan. Karena itu, diminta aparat dan intelejen negara membangun sistem managemen keamanan serta meningkatkan piranti teknologi canggih.
"Kami melihat sistem jaringan keamanan yang dimiliki aparat penegak hukum kita masih kalah canggih dengan pelaku teror. Sejumlah aksi terorisme berulang kali terjadi namun pelakunya tidak kunjung tertangkap. Ini jelas menunjukan bahwa ada sesuatu yang salah dalam sistem managemen keamanan nasional kita," ujar Sekretaris Eksekutif Komisi Hak dan Hubungan Antar Agama, Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Benny Susetyo Pr kepada Pembaruan di Jakarta, Senin (3/10).
Menurut Benny, para pelaku yang melakukan bom bunuh diri itu menunjukan bahwa mereka telah kehilangan masa depan, gairah hidup serta pegangan iman yang kuat sehingga logika serta kesadaran berpikir mereka dimatikan.
"Lepas dari adanya motif politik, keagamaan atau balas dendam, yang jelas para pelaku tersebut sangat keji dan pembunuh. Musuh negara nomor satu ini harus secepatnya ditangkap jika pemboman tidak ingin terjadi lagi," ujarnya.
Hal senada juga dikatakan Wakil Sekretaris Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), Weinata Sairin yang menilai aparat keamanan seperti terus-terusan kecolongan oleh gerakan aksi para teroris. Perbuatan tersebut jelas melawan prinsip kemanusian dan bertentangan dengan ajaran agama.
Sandra Pasaribu
|