Sosiolog: Persatuan dan Kesatuan Bangsa Semakin Jauh dari Kehidupan Masyarakat
Wednesday, Sep. 28, 2005 Posted: 10:15:59AM PST
Persatuan dan kesatuan bangsa serta semangat pluralisme atau bhineka tunggal ika terasa semakin hambar dan jauh dari perkehidupan masyarakat Indonesia. Hal itu ditegaskan oleh sosiolog UI, Thamrin Tomagola dalam seminar menyambut 100 tahun Leimena di Jakarta, Sabtu lalu.
"Semangat nasionalisme Indonesia dalam wujud rasa kekitaan atau persatuan Indonesia yang telah berproses sejak abad ke-9 pada masa Sriwijaya ternyata dengan mudah meluntur dengan kecepatan yang mengkhawatirkan dalam empat tahun terakhir ini," ujar Thamrin. Dia menyebut contoh kekhawatiran seperti diusirnya orang Jawa dari Aceh, Madura diusir Dayak, Halmahera dan Ambon dikapling dalam kelompok agama yang berbeda
Seminar ini menghadirkan pembicara di antaranya Ketua Komisi Hukum Nasional JE Sahetapy, Harry Tjan Silalahi, dan Asmara Nababan dari Demos. "George McTurnan Kahin mungkin terlalu dini membuat kesimpulan pada saat dia dengan penuh optimis menulis dalam karya utamanya tentang Indonesia bahwa komunalisme akan tererosi dan kemudian secara perlahan muncul nasionalisme," ujarnya.
Kenyataannya, setelah setengah abad, komunalisme di Nusantara tetap kuat mengakar, bahkan dalam beberapa tahun terakhir sepertinya mendapat momentum untuk bangkit dan mengancam nasionalisme.
Nofem Dini
|