Nota kesepakatan damai RI-GAM ditandatangani, Rakyat Aceh Bersorak
Tuesday, Aug. 16, 2005 Posted: 10:59:48AM PST
|
(AP Photo/ Binsar Bakkara) |
|
(AP Photo/ Binsar Bakkara) |
Sebuah peristiwa bersejarah terjadi Senin 15 Agustus, ketika Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka menandatangani nota kesepahaman atau MOU tentang perdamaian di Aceh.
Nota kesepakatan damai antara pemerintah RI dan Gerakan Aceh Merdeka ditandatangani tepat pukul 11.40 waktu Helsinki atau sekitar pukul 15.40 WIB, di Helsinki, Finlandia, Senin (15/8). Pimpinan delegasi Indonesia, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Hamid Awaluddin dan Perdana Menteri GAM Malik Mahmud saling berjabat tangan dan berpose dengan tangan mantan Presiden Finlandia Martti Ahtisaari di atas tangan mereka.
Setelah itu, Martti, Hamid, dan Malik menyampaikan kata sambutan. Intinya mereka berterima kasih kepada semua pihak yang membantu hingga kesepakatan damai ini diteken. Martti mengatakan Tim Pemantau dari Uni Eropa dan Asia akan mengawasi langsung perlucutan senjata di Aceh pada 15 September mendatang. Sedangkan Malik Mahmud menyampaikan terima kasih pada Jusuf Kalla yang menjadi penggerak pertemuan. Dia juga berharap kesepakatan ini akan membawa keadilan dan kebaikan bagi NAD
Peristiwa itu disaksikan mantan Presiden Finlandia yang menjadi fasilitator perundingan, Martti Ahtisaari, dan Menteri Luar Negeri Finlandia Erkki Tuomioja selaku tuan rumah.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Wakil Presiden Jusuf Kalla, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Agung Laksono, dan Ketua Dewan Perwakilan Daerah Ginandjar Kartasasmita menyaksikan siaran langsung itu di Istana Merdeka.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Senin mengatakan rakyat Indonesia harus bangga dengan tercapainya kesepakatan damai antara pemerintah RI dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang ditandatangani di Helsinki, Senin.
"Bangsa Indonesia, termasuk saudara-saudara saya di Aceh, marilah kita menghargai peristiwa bersejarah ini sebagai sesuatu yang kita banggakan," kata Presiden dalam video conference dengan delegasi di Helsinki.
"Dan dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, saya berharap konflik berkepanjangan yang terjadi di Aceh, yang telah menelan banyak korban...kami ingin mengakhirinya," kata Presiden Yudhoyono.
Menurut Presiden, kesepakatan perdamaian RI-GAM itu merupakan awal yang baik bagi terciptanya penyelesaian yang abadi terhadap konflik di Aceh, bersatunya kembali rakyat Indonesia dan membangun masa depan yang lebih baik bagi Aceh.
"Mudah-mudahan, dengan pelaksanaan yang sungguh-sungguh dari semua pihak...kami dapat menciptakan masa depan yang damai dan demokratis di Nanggroe Aceh Darussalam," ujar Kepala Negara.
Pada kesempatan itu Presiden Yudhoyono mengeucapkan terima kasih kepada para juru runding yang dipimpin oleh mantan presiden Finlandia Martti Ahtisaari, atas segala upayanya yang tanpa lelah memfasilitasi kesepakatan damai ini, dan juga kepada perwakilan GAM, yang menurut Kepala Negara telah bekerja keras untuk mewujudkan perdamaian ini.
Dengan kesepakatan damai ini, diharapkan semua kekerasan di Aceh akan berakhir, di mana para anggota GAM rela menghentikan tuntutan mereka untuk memerdekakan diri dan setuju menyerahkan senjata dan mendemobilisasi tentara mereka.
Next Page: 1 | 2 |
Sandra Pasaribu
|