Kemah Lintas Agama di Dusun Turgo Menarik Kaum Pemuda Kota
Program Didukung Forum Persaudaraan Umat Beriman ( FPUB )
Monday, Aug. 15, 2005 Posted: 10:24:57AM PST
Kemah Lintas Agama yang diadakan di dusun Turgo, Pakembinangun, Sleman, Yogyakarta, menarik minat sekelompok anak muda perkotaan yang juga turut terlibat dalam kegiatan perkemahan dan program lintas agama disana. Mereka tertarik akan realitas kehidupan di pedesaan dan nilai kerjasama dengan orang-orang dari berbagai agama.
Agama Buddha, Hindu, Islam, Katolik, Protestan, dan aliran kepercayaan bersatu dalam kelompok yang terdiri atas 35 orang muda berusia 18-24 itu. Mereka mengikuti program bertema "Dialog Cipta Rasa dan Karya Mewujudkan Kebahagiaan Bersama." Demikian dilaporkan Mirifica.net
Program itu diselenggarakan berdasarkan arahan dan dukungan dari Forum Persaudaraan Umat Beriman (FPUB) Yogyakarta. Selama program itu, kaum muda perkotaan tinggal di rumah-rumah warga desa yang terletak di lereng Gunung Merapi, sekitar 30 kilometer utara Yogyakarta.
Kaum muda membantu warga desa mengerjakan pekerjaan sehari-hari seperti memotong rumput, mengumpulkan kayu bakar di hutan, memerah susu sapi, mencari batu dan pasir di sungai, dan pekerjaan rutin lainnya.
Pastor Joseph Suyatno Hadiatmojo, seorang pengurus FPUB Yogyakarta, mengatakan kepada UCA News baru-baru ini, "Kegiatan ini sengaja didesain demikian, sekitar 80 persen berupa kegiatan nyata dan 20 persen untuk ceramah dan berbagi pengalaman iman lewat sharing." FPUB ingin mengajarkan kepada kaum muda tentang kehidupan pedesaan lewat pengalaman langsung, bukan ceramah dan indoktrinasi, jelasnya.
Pastor Hadiatmojo juga mengatakan, ia berharap program itu membantu kaum muda perkotaan yang umumnya hidup berkecukupan untuk mengembangkan suatu pemahaman tentang "suka-duka kehidupan orang desa."
"Kami ingin mendorong kaum muda perkotaan, yang umumnya hidup jauh dari kekurangan, untuk sungguh melihat, merasakan, dan mengalami arti hidup yang sesungguhnya, dan untuk sungguh menyadari romantika, dinamika, suka, dan duka kehidupan orang desa," tegasnya. "Kami tidak ingin mereka hanya melihat dari layar televisi atau membaca di media cetak."
Interaksi di kalangan kaum muda dari berbagai agama, etnis, dan budaya biasanya cenderung formal terutama akibat sekat-sekat yang secara sengaja atau tidak sengaja terbentuk karena sistem pendidikan agama, jelasnya.
"Kami, para sesepuh FPUB Yogyakarta, ingin menyadarkan mereka bahwa sekat-sekat yang menghambat pergaulan harus disingkirkan," katanya. Pergaulan yang didasari rasa persaudaraan sejati bisa tumbuh meskipun ada banyak perbedaan.
"Mesjid merupakan tempat yang asing bagi kaum muda non-Muslim yang mungkin jarang sekali memasukinya," katanya mengamati. "Demikian pula sebaliknya, kaum muda Muslim menganggap gereja atau pura sebagai tempat yang asing. Bahkan tidak jarang ada yang menganggapnya sebagai tempat yang haram."
FPUB mendorong kaum muda untuk mengadakan kerja bakti dan membersihkan tempat-tempat ibadah. Hasilnya, kata imam itu, kaum muda Muslim membersihkan gereja, dan kaum muda non-Muslim membersihkan mesjid.
Igen Arya Wijaya, seorang Hindu, mengatakan, ia mendengar teman-temannya pada sesi refleksi berbicara tentang indoktrinasi agama yang dicekokkan oleh para tokoh agama, termasuk orang-orang yang mengklaim bahwa agama ini yang paling benar dan agama lain itu salah. "Dari refleksi semacam inilah kami mencoba saling belajar," kata pemuda berusia 23 tahun itu, "dan ini merupakan pengalaman yang sungguh menarik bagi saya."
Next Page: 1 | 2 |
Eva.N
|