Jembatani Perbedaan & Perluas Kelompok Moderat, Imbau Presiden dalam Dialog Antar Agama ASEM
Friday, Jul. 22, 2005 Posted: 8:44:46AM PST
|
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono didampingi Menlu Hassan Wirajuda dan Gubernur Bali Dewa Made Beratha memukul gong tanda pembukaan dialog antar agama Asia-Eropa. (Setpres- Dudi Anung) |
|
Dialog ini digelar dengan tujuan untuk meningkatkan saling pengertian dan saling menghargai antar penganut agama dan memberikan rekomendasi bagi terwujudnya kerukunan umat beragama di dunia internasional. (Setpres- Dudi Anung) |
|
Menteri Urusan Luar Negeri dan Persemakmuran Inggris, Dr. Kim Howells, hadir dalam acara tersebut. (Setpres- Dudi Anung) |
Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono mengimbau agar semua pemeluk agama memupuk sikap moderat karena dengan sikap tersebut berarti setiap pemeluk agama harus menahan diri untuk tidak memaksakan keyakinan dan kepercayaan kepada pihak lain.
"Sikap moderat mengharuskan kita menghargai hak orang lain seperti kita menghargai diri sendiri sehingga bisa menghindari aksi kekerasan," kata Presiden saat membuka dialog antar agama Asia-Eropa (ASEM Interfaith Dialogue) di Bali International Convention Center Nusa Dua, Bali, Kamis kemarin.
"Banyak dialog yang gagal karena kaum moderat yang biasanya menjadi mayoritas dalam masyarakat, tidak mendapat tempat seperti yang seharusnya. Karena itu kita harus meyakini bahwa suara kaum moderat harus dikedepankan," kata presiden.
Sikap moderat tersebut, menurut SBY, memerlukan sebuah pendekatan inklusif disertai pengabdian total dan sikap toleran. "Jika parasangka etnis dan agama dipicu oleh persaingan ekonomi dan politik, maka hasilnya hanyalah pelanggaran terhadap hak asasi manusia," kata presiden.
Dengan tema "Membangun Keharmonisan Antar Agama Dalam Masyarakat Internasional", dialog tersebut digelar dengan tujuan untuk meningkatkan saling pengertian dan saling menghargai antar penganut agama, terutama di lingkungan Asia dan Eropa dan sekaligus untuk memberikan rekomendasi bagi terwujudnya kerukunan umat beragama di dunia internasional.
SBY juga mengharapkan agar dialog itu dapat membantu mencari jawaban atas berbagai masalah yang dihadapi dunia internasional.
Ia menegaskan bahwa melalui dialog tersebut, para pemimpin umat berbagai agama dapat saling bertukar pikiran dalam membangun jembatan untuk menciptakan perdamaian di antara umat beragama di dunia.
"Dialog ini dapat menjadi jembatan terhadap kurangnya saling pengertian atau kesalahpahaman. Jangan lupa dengan kenyataan bahwa kita adalah sama-sama ciptaan Tuhan," kata Presiden.
Untuk membantu membangun saling pengertian antar agama tersebut, Presiden kemudian mengharapkan agar dialog tersebut menekankan arti penting memberdayakan sikap moderat masing-masing pemeluk agama, sehingga suara mereka akan menjadi kekuatan utama dalam dinamika kehidupan masyarakat.
"Setiap suara harus didengar, termasuk dari kelompok militan. Dialog harus melibatkan seluruh kelompok yang mewakili seluruh keyakinan," katanya
Sandra Pasaribu
|