Seminar Religi dan Konflik Diadakan di Jakarta
Dialog Antar Agama Bukan Hanya untuk Mencari Persamaan
Friday, Jan. 14, 2005 Posted: 4:46:23AM PST
Konflik agama terjadi akibat dipolitisasinya agama untuk kepentingan tertentu. Agama tidak dijadikan sebagai pedoman hidup, melainkan sebagai alat untuk mencapai tujuan yang justru bertentangan dengan norma agama itu sendiri. Penyebab terjadinya konflik agama, yakni terkait dengan ketidakadilan, diskriminasi perlakuan, dan kesenjangan sosial.
Hal itu dikemukakan Direktur Centre for Peace and Conflict Studies Universitas Gadjah Mada, Prof Lambang Triono, dalam teleconference Seminar "Religi dan Konflik" di Jakarta, 11 Januari.
Menurutnya, pemerintah harus mengambil solusi untuk menyelesaikan atau mengatasi penyebab terjadinya konflik agama tersebut. Misalnya pemerintah harus intensif melakukan dialog antaragama. Namun dialog antaragama bukannya mencari persamaan seperti yang selama ini sering dilakukan, melainkan justru harus mencari perbedaan guna mendorong terciptanya kehidupan antaragama yang damai. Langkah lain yang dapat dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi persoalan konflik antaragama antara lain dengan mengupayakan pembangunan ekonomi secara merata.
"Seluruh masyarakat diberikan hak yang sama di setiap sektor kehidupan. Karena itu, saya imbau agar segera hentikan politisasi agama untuk kepentingan sesaat atau jangka pendek," tegasnya. Selain itu, lanjutnya, pemerintah perlu memberikan fasilitas kepada masing-masing kelompok agama, dan jangan sampai menciptakan diskriminasi. Ia juga mengemukakan, mencari perbedaan antar-agama yang harus dilakukan oleh pemerintah bukan berarti harus memicu terjadinya konflik antaragama. Perbedaan agama justru hendaknya dapat memunculkan adanya kesepahaman atau toleransi guna menghindari terjadinya konflik antaragama.
Nofem Dini
|