Dialog Internasional Kerjasama Antar Agama
Dialog Kerjasama Antar Agama Merupakan Langkah Tepat Di Tengah Terancamnya Keamanan dan Keselarasan Dunia
Tuesday, Dec. 7, 2004 Posted: 5:14:33PM PST
|
PM Australia, Alexander Downer ( kiri ) didampingi Menlu Indonesia, Hassan Wirajuda ( tengah ) sedang bersalaman dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ( kanan ) di hotel Yogyakarta, Jawa Tengah. Foto: Dadang Tri/ Reuters |
|
Peserta Dialog Antar Agama : Mikail Abdul Aziz, seorang muslim dari Papua Nugini ( kiri ) dan Uskup Brian Barnes dari Papua Nugini ( kanan ) sedang berbincang-bincang. Foto: Dadang Tri/ Reuters |
Departemen Luar Negeri Indonesia dan Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia serta Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menyelenggarakan dialog kerjasama dengan tema Dialogue on Interfaith Cooperation : Community Building and Harmony di Yogyakarta pada 6 hingga 7 Desember 2004.
Dialog itu dihadiri oleh sekitar 150 delegasi dari 14 negara, terdiri atas tokoh lintas agama dari Australia, Brunei Darussalam, Filipina, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Papua Nugini, Selandia Baru, Singapura, Thailand, Timor Timur, dan Vietnam.
10 negara ASEAN serta Australia, Selandia Baru, Papua Nugini, dan Timor Leste.
Tujuan dari dialog kerjasama tersebut adalah untuk membangun suatu hubungan harmonis di antara para penganut agama dan kepercayaan yang berbeda di masing-masing negara dan kawasan melalui peningkatan rasa saling percaya, nilai-nilai kebersamaan, dan norma untuk hidup berdampingan secara damai.
Dalam dialog tersebut, PM Australia, Alexander Downer mengatakan bahwa dari pertemuan ini diharapkan dapat terjalin hubungan kemitraan dan saling memahami antara satu negara dengan negara lain dalam menyikapi masalah global, terutama masalah terorisme.
Downer juga mengatakan bahwa Indonesia telah merasakan ancaman teror dalam bentuk beberapa kali peledakan bom yang menewaskan banyak orang. Banyak masyarakat yang kehilangan putra-putri mereka dalam peristiwa bom tersebut, sedangkan sebagian lagi harus mengalami luka dan cacat.
Hal tersebut membuktikan bahwa para teroris telah menempatkan diri mereka sebagai musuh masyarakat di seluruh dunia.
Pada kesempatan itu, ia memberikan contoh bahwa para pemimpin agama Kristen di Australia berkumpul di Masjid Lakemba, sesaat setelah terjadi peristiwa 11 September di AS untuk berdoa bersama dengan kaum muslim setempat. Ini merupakan salah satu contoh dialog antar-agama yang luar biasa, karena Kardinal George Pell dan Pendeta John Henderson berdoa bersama dengan masyarakat Islam, serta menunjukkan aksi solidaritas dan saling mendukung.
Sementara itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam sambutannya mengatakan bahwa perbedaan etnik dan agama ketika dikaitkan dengan persaingan ekonomi dan politik serta perlakukan yang tidak termaafkan, akan menimbulkan prasangka negatif yang sewaktu-waktu dapat meledak.
Menurut dia, jalan yang harus ditempuh bukan mengingkari realitas perbedaan, tetapi lebih menekankan pada realitas yang lebih penting, lebih dalam, dan lebih luas, yakni kemanusiaan. "Kita semua adalah anak-anak dari keagungan yang sama dalam perjalanan menuju tujuan yang sama," katanya.
Oleh karena itu, dalam keberagaman manusia, masih ada tempat bagi manusia. Hal yang membuat berbeda satu sama lain dapat dianggap sebagai modal yang dapat disatukan dalam mencapai tujuan yang sama
Keterlibatan tokoh agama dalam dialog ini adalah penting mengingat rapuhnya situasi dunia, dimana kita hidup saat ini. Ini adalah suatu dunia yang mengkhawatirkan, dimana beberapa tempat ditandai oleh ketegangan etnis dan agama, kekerasan komunal, prasangka buruk, kesalahpahaman, dan kesalahpengertian," ujar dia.
Next Page: 1 | 2 |
Nofem Dini
|