Toleransi pada Perbedaan Harus Diajarkan sejak Dini
Wednesday, Nov. 10, 2004 Posted: 7:50:47PM PST
JAKARTA - Toleransi terhadap perbedaan harus diajarkan sejak dini kepada anak-anak agar mereka bisa mengambil sikap untuk menghindar dari konflik akibat perbedaan itu pada masa mendatang. Hal itu diungkapkan oleh pemerhati pendidikan Komaruddin Hidayat.
"Anak-anak harus diajarkan bagaimana menyikapi perbedaan itu secara positif. Perbedaan itu tidak mungkin dihilangkan, jadi bagaimana kita menyikapi perbedaan itu secara positif sehingga tidak menimbulkan konflik," ujarnya.
Menurutnya, perbedaan yang ada di masyarakat mencakup seluruh aspek kehidupan, terutama dalam hal perbedaan agama. Perbedaan agama yang dinilai dapat memicu konflik di masyarakat harus disikapi secara positif dan bukan mencari konflik.
"Pengenalan perbedaan secara positif terhadap anak-anak itu penting, karena sejak awal mereka sudah ditanamkan nilai-nilai perbedaan sehingga bisa menilai perbedaan sebagai rahmat, bukan sebagai pemicu untuk melakukan perseteruan," katanya.
Komaruddin yang menjadi pembicara dalam sebuah acara menyambut bulan Ramadhan di Sekolah High/ Scope Indonesia, Jalan TB Simatupang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Minggu (7/11), menegaskan pentingnya penanaman nilai yang positif kepada anak-anak.
"Secara psikologi, nilai-nilai itu akan terus mereka bawa dan menjadi acuan dalam menentukan sikap ketika mereka menemukan permasalahan yang sama. Jadi sejak awal mereka harus melihat perbedaan itu secara positif," ujarnya.
Hal yang sama juga dikatakan oleh Direktur Sekolah High/Scope Indonesia, Antarina SF Amir. Menurut Antarina, saat ini perbedaan agama telah menjadi isu pemicu konflik dalam masyarakat. Berbagai kasus yang mencuat di masyarakat, seperti pertikaian masyarakat di Maluku, Sulawesi, atau kasus Sekolah Sang Timur, Tangerang, Banten, diawali oleh perbedaan agama yang terus meruncing.
Menyambut bulan Ramadhan, Sekolah High/Scope Indonesia melakukan aktivitas 3 R, yakni Ramadhan, Retret, Recollection. Kegiatan yang diikuti oleh seluruh siswa kelas empat hingga kelas enam SD sekolah itu mencoba mengenalkan perbedaan secara positif sejak dini. Para siswa dipisahkan dan mendapatkan pelajaran berdasarkan agama mereka.
SP
|