Imam Dorong Petani Tingkatkan Kesejahteraan Mereka Sendiri
Monday, Nov. 1, 2004 Posted: 8:49:02PM PST
KLATEN, Jawa Tengah -- Seorang imam yang mengajar pertanian mendorong para petani yang ingin meningkatkan kesejahteraan untuk mulai menolong diri mereka sendiri.
Pastor Yohanes Wartaya SJ mengatakan kepada 125 petani yang menghadiri program 16-19 Oktober di Klaten, Jawa Tengah, "Yang bisa meningkatkan kesejahteraan petani adalah petani sendiri."
Sebagian dari program itu adalah sebuah lokakarya bertema "Menjaga Keanekaragaman Hayati untuk Keselamatan Pangan." Pastor Wartaya mengatakan kepada peserta, salah satu cara untuk meningkatkan kesejahteraan para petani adalah mengikuti kursus yang diberikan oleh Kursus Pertanian Taman Tani (KPTT), sebuah lembaga yang dipimpinnya di Salatiga, Jawa Tengah. Imam-imam Serikat Yesus mendirikan KPTT 15 tahun lalu.
Program empat hari itu diselenggarakan untuk memperingati Hari Pangan Sedunia yang ditetapkan PBB pada setiap 16 Oktober. Serikat Pelayanan Tani dan Nelayan Hari Pangan Sedunia (SPTN HPS) yang disponsori Gereja mengorganisir acara tersebut.
Menurut Pastor Wartaya, KPTT berhasil mengajarkan para petani untuk menggunakan pupuk organik dan meningkatkan penghasilan mereka. Ia menyebut contoh seorang petani yang "mengikuti kursus di KPTT dan mampu menghasilkan 1 juta rupiah per bulan dari lahan seluas 3.000 meter persegi." Penghasilan sebesar ini jarang terjadi di dunia pertanian di Indonesia, katanya.
KPTT, yang dibentuk untuk menangkal globalisasi di sektor pangan, memberikan kursus selama tiga bulan secara gratis, jelas imam Yesuit itu. Namun mereka yang mengikuti kursus tersebut harus tinggal di asrama dan wajib bekerja di KPTT selama empat bulan setelah menyelesaikan kursus.
Selain mengajarkan cara-cara praktis bertani organik, KPTT juga mengajarkan prinsip-prinsip moral dan tanggung jawab sosial, katanya. Peserta kursus belajar cara mengubah modal yang rendah menjadi penghasilan yang tinggi tanpa pupuk kimia. Mereka juga mempelajari metode integrated organic farming seperti beternak ikan dan binatang yang kotorannya bisa dipergunakan sebagai pupuk organik.
Yohanes Baptista Gatot Surono, seorang petani organik asal Purbalingga, Jawa Tengah, sependapat dengan Pastor Wartaya bahwa para petani hendaknya mampu meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri. Namun ia mengatakan bahwa pihak-pihak lain, terutama pemerintah, tetap harus membantu para petani.
Menurutnya, kebanyakan petani di Indonesia memiliki lahan sempit, dan beberapa bekerja sebagai buruh tani karena tidak memiliki lahan. Mereka tidak bisa menentukan harga yang sesuai untuk hasil panen mereka dan tidak akan menjadi mandiri, katanya, kecuali jika mereka bebas dari tekanan ekonomi.
Surono berharap, pemerintah tidak akan menetapkan jenis padi yang menuntut para petani untuk membeli bibit dan pupuk yang mahal. "Kami, para petani, sejak dahulu sebetulnya sudah punya bibit lokal sendiri yang sesuai dengan kondisi tanah pertanian kami," katanya.
Bediona Felix, seorang petani organik dari Nusa Tenggara Timur, mengatakan, "para petani harus bersatu jika mereka ingin memperkuat daya tawar hasil pertanian."
Next Page: 1 | 2 |
|