"Budaya Kematian," Keprihatinan Pemerintah Dan Gereja Di Manado
Saturday, Oct. 16, 2004 Posted: 8:01:05PM PST
MANADO, Sulawesi Utara -- Ketua Komisi Kateketik Keuskupan Manado Pastor Joannes van Paassen MSC menyambut baik imbauan pemerintah setempat untuk menghindari "budaya kematian" dan menghormati kehidupan yang diberikan oleh Allah.
Ia mengatakan kepada UCA News 4 Oktober bahwa Gereja harus memperhatikan berkembangnya budaya kematian.
"Siapa saja, tanpa mempedulikan agamanya, harus menjauhi budaya kematian, dan menghargai dan memelihara kehidupan yang berasal dari Tuhan," kata misionaris Belanda yang berada di Propinsi Sulawesi Utara selama 40 tahun.
Pernyataan tersebut disampaikan Pastor van Paasen untuk menanggapi permohonan yang disampaikan oleh Gubernur Sulawesi Utara Adolf Jouke Sondakh pada perayaan Hari Ulang Tahun Ke-70 Gereja Masehi Injili Minahasa (GMIM). Perayaan itu diselenggarakan pada 30 September di Stadion Tondano, ibukota Kabupaten Minahasa, 30 kilometer selatan Manado.
Pada Ibadah Agung itu, Gubernur Sondakh (yang adalah anak seorang pendeta) mengajak umat, "Sebagai umat Kristen, marilah kita menjauhi budaya kematian. Kita jangan bosan memperjuangkan budaya cinta kasih yang diajarkan Tuhan Yesus Kristus."
Ibadah Agung itu dihadiri oleh sekitar 200.000 umat Protestan, termasuk 1.000 pendeta dan puluhan kelompok yang menampilkan tari "maengket" (tarian warga Suku Minahasa, kelompok etnis terbesar di Sulawesi Utara). Perayaan itu juga menampilkan musik klarinet yang terbuat dari bambu, "cakalele" (tarian perang) dan pertunjukan drum band.
Menurut Gubernur Sondakh, umat Kristen dan Islam di Propinsi Sulawesi Utara telah menjaga kerukunan dan perdamaian sambil menghindari konflik seperti yang terjadi di Poso, sebuah kota di Sulawesi Tengah, dan di Propinsi Maluku.
"Umat Kristen harus menjaga kerukunan dengan umat dari agama-agama lain, seperti kaum Muslim," tegasnya. Propinsi Sulawesi Utara memiliki 800.000 umat Protestan, 600.000 kaum Muslim, 125.000 umat Katolik, dan 70.000 umat Buddha dan Hindu.
Pastor Paassen, dosen Seminari Tinggi Pineleng, utara Manado, mengatakan, GMIM dan Gereja Katolik telah bekerjasama untuk menjaga kerukunan antaragama di propinsi itu. "Selama 29 tahun, para calon pendeta dan calon imam telah melakukan program pertukaran mimbar selama 2 minggu setiap tahun," jelasnya.
Soal budaya kematian, ia mengatakan, Gereja-Gereja Protestan dan Katolik harus lebih memperhatikan sejumlah konflik, seperti meningkatnya pertikaian antar-desa.
Banyak orang yang diwawancarai UCA News di Manado mengakui perkembangan budaya kematian.
Elly Manuhutu, seorang guru besar di sebuah universitas di Manado, mengatakan kepada UCA News 7 Oktober, salah satu wujud dari budaya kematian adalah merebaknya korupsi, yang, menurutnya, mengancam hak-hak rakyat kecil.
Ia menekankan bahwa korupsi telah membunuh banyak peluang untuk rakyat kecil. "Sebagian besar subsidi BBM dan kesehatan dari pemerintah bernilai triliunan rupiah untuk rakyat kecil tidak mereka nikmati karena dikorupsi oleh sejumlah pejabat pemerintah," katanya.
Para tokoh agama hendaknya bersama-sama memberantas hal ini untuk mewujudkan budaya kehidupan, sarannya.
Next Page: 1 | 2 |
|