Pendeta Gereja GPDI di Pulau Buru Diculik dan Belum Diketemukan
Penculik berusaha merampas dana sumbangan bagi perbaikan gereja
Sunday, Dec. 19, 2004 Posted: 4:16:15PM PST
Para penduduk desa di Pulau Buru yang baru-baru ini bersama-sama mencari pendeta mereka yang hilang hanya menemukan kaus berwarna merah dengan tiga lubang peluru di pantai dekat rumahnya.
Pdt. Jarok Ratu, (35), dari desa Labuang, wilayah Namrole, Pulau Buru, masih hilang setelah pada 3 Desember yang lalu sekelompok pria yang tak dikenal menculiknya.
Ratu mengepalai Gereja Pentekosta di Indonesia (GPDI).
Pihak Kepolisian Daerah Maluku mengatakan polisi telah menanyakan seornag tersangka yang tampaknya tahu banyak mengenai penculikan tersebut. Tetapi tersangka tersebut belum dibuka identifikasinya oleh polisi.
Pdt. Henry Lolaen, kepala GPdI untuk propinsi Maluku mengatakan, anggota gereja dari gereja Pdt. Ratu telah mencari pendeta mereka sehari setelah penculikan, namun hanya menemukan kaus merah yang dipakainya mempunyai tiga lubang peluru tetapi tidak ada noda darah.
Istri Pdt. Ratu mengatakan suaminya dibawa oleh speedboat. Dia tidak dapat melihat speedboat itu karena malam sangat gelap, tetapi dapat mendengar suaranya.
Ia mengatakan delapan pria mengetuk pintu sekitar jam 2 pagi. Mereka menggunakan topeng dan membawa senjata. Saat pintu dibuka, mereka mengarahkan senjata kea rah Pdt. Ratu dan istrinya dan meminta uang.
Pdt. Lolaen menjelaskan bahwa Ratu telah menerima dana bantuan dari Gubernur Maluku, Walikota pulau Buru dan beberapa organisasi-organisasi non pemerintah, dan uang ini akan digunakan untuk pembangunan perbaikan gereja. Keseluruhan uang itu berjumlah sekitar 10 juta rupiah.
Lolean mengatakan ada kemungkinan penculikan ini berkaitan dengan uang tersebut.
Labuang adalah salah satu dari sedikit desa yang mempunyai gerejanya sendiri. Labuang berada ditengah-tengah dua desa penduduk yang beragama Muslim dan juga merupakan desa pelabuhan.
Sementara itu, pada tanggal 4 Desember terjadi petikaian antara 2 desa Muslim di Ambon utara. Pertikaian itu mengakibatkan tewasnya Ismael Wael dari desa Wakal dan beberapa pria terluka.
Penduduk desa Wakal kemudian membalas dendan dengan menyerang desa Mamua, membakar 15 rumah dan menghancurkan rumah-rumah.
Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Maluku Brigjen Polisi Aditya Warman mengaku agak kesulitan mengungkap pelaku dan menemukan korban penculikan Pdt. Ratu.
Dia mengindikasikan, pelaku dan korban belum tentu masih ada di Pulau Buru, bisa saja sudah dibawa ke tempat lain. "Ini yang mesti dikaji lebih jauh lagi, apalagi dikait-kaitkan dengan bantuan pemerintah untuk pembangunan gereja. Ini kurang rasional," katanya.
Sementara itu, Keuskupan Amboina mendesak aparat keamanan, baik TNI maupun Polri untuk mengusut tuntas kasus hilangnya Pdt. Ratu.
Vikaris Jenderal Keuskupan Amboina Pastor Yan Alubwaman Pr mengatakan, kalau kasus ini tidak diusut tuntas dan para pelakunya tidak diproses sesuai prosedur hukum yang berlaku, bukan tidak mungkin kasus penculikan ini akan terjadi kembali.
Eva N.
|