Kaum Awam Memimpin GMIM (Gereja Masehi Injil Minahasa )
Wednesday, Nov. 10, 2004 Posted: 7:44:23PM PST
Dalam kaitan dengan reformasi gereja, khususnya di kalangan GMIM banyak usulan-usulan yang dinilai bisa membarui gereja secara struktural maupun spiritual. Sebagaimana diskusi nonformal antara beberapa tokoh gereja di Bukit Inspirasi Tomohon baru-baru ini.
Mereka yang terlibat diskusi, antara lain Wakil Ketua Sinode Pdt Dr Richard Siwu PhD, Pnt Prof Dr Jopie Paruntu MSc, dan Dr Bert A Supit bersama Komentar.
Di antara usulan yang menarik itu antara lain datang dari Pdt Siwu. Menurut dia, untuk menjadi ketua Sinode GMIM sebetulnya tidak harus dari kalangan pendeta. Kaum awam (non pendeta), katanya, jusa bisa menjadi ketua Sinode. ˇ°Hal ini bisa dilihat dari beberapa gereja reformasi di beberapa negara, di mana ketua Sinodenya berasal dari kaum awam. Jadi GMIM sebagai gereja reformasi, tidak harus mentabukan kaum awam menjadi ketua Sinode," ujarnya.
Dengan demikian, maka itu perlu diatur dalam Tata Gereja, kalau nanti akan direlevansikan. "Kalau itu menjadi usulan jemaat, mengapa tidak?"katanya.
Sementara Pnt Jopie Paruntu, yang mantan Rektor Unsrat mengusulkan, bahwa kalau sekarang untuk menjadi ketua Sinode harus maksimal 65 tahun, sama seperti pelayan khusus lainnya, maka ke depan nanti sebetulnya yang akan menjadi ketua Sinode mereka yang sudah 60 tahun ke atas. ˇ°Jadi kalau yang diatur sekarang batas maksimal, maka ke depan nanti yang diatur khusus untuk ketua Sinode adalah batas minilai. Artinya,calon ketua sinode itu harus berumur minimal 60 tahun," jelasnya.
Sementara Dr Bert A Supit, mantan pimpinan BPS, lebih menekankan pada aspek spiritual seorang ketua Sinode. Menurut dia, ketua Sinode itu harusnya adalah pemimpin spiritual. Dengan demikian dia akan dihormati sebagai tokoh gereja. Sebagai contoh, mantan ketua Sinode GMIM Pdt AZR Wenas dan Pdt RM Luntungan. "Kedua tokoh GMIM ini sangat dihormati dan disegani karena spiritualitasnya," ujarnya.
Terang Dunia
|