Masalah "Sang Timur" Harus Diselesaikan secara Bijaksana

Wednesday, Oct. 20, 2004 Posted: 8:12:16PM PST

Jakarta, Kompas - Penasihat Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Abdurrahman Wahid mengatakan, masalah perseteruan di Sekolah Sang Timur harus diselesaikan secara bijaksana. Semua pihak hendaknya tidak mengusik ketenangan siswa-siswi Sekolah Sang Timur dalam mengeyam pendidikan.

Pernyataan itu disampaikan Abdurrahman Wahid kepada sejumlah pengurus Yayasan Sang Timur, Forum Orangtua Murid Sang Timur, dan Pengurus Gereja Santa Bernadette di Jakarta, Selasa (19/10).

Ia dimintai tanggapannya berkaitan dengan penutupan pintu utama Sekolah Sang Timur di Karang Tengah, Ciledug, Kabupaten Tangerang, Banten, oleh sekelompok orang atas nama kepentingan tertentu. Sejak tanggal 3 Oktober lalu, pintu utama sekolah itu dihalangi tembok dari batako setinggi 1,6 meter.

Mantan Presiden Abdurrahman Wahid mengatakan, selama ini semua pihak cuma bisa berbicara dalam bahasa kekuatan. Secara teoretis, bahasa kekuatan itu sama saja mengundang kekuatan otoriter.

Prinsipnya, semua kegiatan pendidikan dan agama di negeri ini seharusnya dilindungi oleh pemerintah. Hal itu ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Karena itu, tegas Abdurrahman Wahid, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) akan ikut serta dalam tugas melindungi pelaksanaan UUD tersebut.

"Siapa pun yang melawan undang-undang haruslah kita lawan bersama," kata Abdurrahman Wahid, yang merasa prihatin dengan kondisi yang dialami para siswa di sekolah tersebut.

Menurut Abdurrahman Wahid, persoalannya tidak gampang. Mereka sudah melakukan secara sistematis. Sekarang ini kelompok-kelompok yang mempermasalahkan fungsi sekolah itu merasa memiliki peluang untuk bertindak semaunya. Dikhawatirkan, jika tidak diantisipasi oleh penegak hukum secara cepat, cara-cara semacam itu bisa dilakukan di tempat lain.

Hingga Selasa kemarin, kondisi sekolah menjadi semakin tidak nyaman. Spanduk-spanduk mulai dipasang oleh kelompok tertentu di sekitar Kompleks Departemen Keuangan dan Barata Pahala.

"Terus terang, kondisi yang seakan dibiarkan itu membuat siswa-siswi kami cemas. Anak- anak harus bersekolah di tengah suasana kekerasan," ujar Suster Silvy PIJ selaku anggota Yayasan Sang Timur.

Yani, anggota Forum Orangtua Murid, mempertanyakan, "Apakah negara Indonesia masih memberikan jaminan bagi warganya dalam mengeyam pendidikan dan menganut agama sesuai keyakinannya masing-masing?".

Kompas